ESGNOW.ID, JAKARTA -- Para peneliti dari University of Glasgow menemukan sebuah cara baru untuk memantau aliran sungai dari satelit yang dapat memberikan sistem peringatan dini untuk risiko banjir. Peneliti mengembangkan metode untuk mengukur kecepatan aliran sungai dengan menganalisis rekaman video yang diambil dari orbit.
Teknik analisis mereka dapat menggantikan atau meningkatkan cara pemerintah dan pengelola lahan dalam memantau sungai, dan meningkatkan cara untuk memprediksi banjir. Di masa depan, penelitian mereka dapat membantu mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat di seluruh dunia karena perubahan iklim membuat peristiwa cuaca yang tidak dapat diprediksi menjadi lebih sering terjadi.
Para peneliti, dari University of Glasgow School of Geographical & Earth Science, menguraikan terobosan mereka dalam makalah berjudul 'Satellite Video Remote Sensing for Estimation of River Discharge' yang diterbitkan dalam jurnal Geophysical Research Letters.
Saat ini, aliran sungai paling sering diukur dengan menggunakan alat pengukur aliran sungai, yang secara langsung mencatat volume air yang mengalir melewati titik tertentu di sungai setiap detiknya - pengukuran ini dikenal sebagai debit. Namun, harga alat pengukur aliran sungai terlalu mahal untuk dipasang dan dipelihara, serta sulit ditempatkan di daerah terpencil.
Meskipun alat pengukur aliran sungai memberikan pengukuran detail debit sungai pada titik-titik tertentu, satelit yang dilengkapi dengan sensor video memberikan gambaran visual yang lebih luas pada area yang luas. Hal ini membuat satelit ini berguna untuk memantau perubahan geografis dari waktu ke waktu dan memberikan informasi waktu nyata tentang penyebaran banjir.
Namun, hingga saat ini, tidak mungkin menggunakan rekaman video satelit untuk mengukur aliran sungai dan banjir secara akurat.
Dalam makalah tersebut, tim mendemonstrasikan bagaimana mereka menggunakan rekaman video dari satelit Tiongkok untuk mengukur debit banjir pada Februari 2022 di sepanjang 19 kilometer dari Sungai Darling di Tilpa, Australia. Mereka mengembangkan teknik untuk melacak dan menganalisis pergerakan fitur permukaan yang terlihat di antara frame dalam rekaman video, yang membantu mereka memperkirakan kecepatan aliran air.
Dengan menggabungkan perkiraan aliran dengan peta elevasi terperinci dari area yang terkena banjir, mereka dapat memperkirakan debit aliran hingga 15 persen dari pengukuran nyata yang dilakukan oleh pengukur aliran di sungai selama banjir.
Christopher Masafu, seorang mahasiswa PhD di University of Glasgow School of Geographical & Earth Science, adalah penulis makalah tersebut. Ia mengatakan, hampir 30 persen populasi dunia terpapar risiko banjir dan ancaman terhadap ketersediaan air bersih. Meskipun demikian, banyak sungai yang tidak memiliki alat pengukur aliran air atau alat pengukur lainnya, sehingga sangat berisiko karena tidak ada peringatan dini banjir.
“Satelit dapat digunakan di mana saja di seluruh dunia dengan relatif murah dan mudah dibandingkan dengan biaya dan usaha untuk mengukur secara fisik semua sungai yang tidak terpantau. Namun, potensi satelit untuk mengukur aliran sungai belum sepenuhnya ditunjukkan hingga penelitian ini, yang merupakan terobosan yang sangat menarik,” kata Masafu seperti dilansir Phys, Senin (25/12/2023).
Profesor Richard Williams, salah satu penulis makalah sekaligus pembimbing Christopher, mengatakan bahwa satelit memiliki kemampuan untuk memantau sungai secara real-time dan mampu melihat air sungai meluap saat hujan lebat, sehingga bisa sangat membantu dalam keadaan darurat.
"Apa yang dapat kami lakukan dengan teknologi ini adalah menambang pemantauan video real-time tersebut untuk mendapatkan informasi yang lebih berguna. Hal ini dapat membantu memberikan prakiraan dan peringatan yang lebih baik untuk membantu perencanaan di lapangan selama situasi yang menantang,” kata dia.