ESGNOW.ID, JAKARTA -- Sebuah studi akademis yang dilakukan di Swiss mengungkapkan volume es di Pegunungan Alpen dapat berkurang 34-46 persen pada tahun 2050 akibat dampak bencana perubahan iklim. Proyeksi mengejutkan tentang masa depan gletser Alpen ini merupakan hasil dari pemodelan komputer canggih dan kecerdasan buatan.
Studi yang dipublikasikan pada awal Januari 2024 ini merupakan kolaborasi dari University of Lausanne (UNIL), Swiss Federal Institute of Technology’s Lausanne, University of Zurich, dan University of Grenoble di Perancis.
Menurut penelitian tersebut, dalam skenario yang paling optimistis, di mana peningkatan suhu global berhasil dicegah, setidaknya 34 persen es di Pegunungan Alpen Eropa dapat lenyap pada tahun 2050. Sementara itu, jika tidak ada intervensi yang signifikan, hampir setengah (46 persen) dari volume es di pegunungan Alpen diproyeksikan akan lenyap pada tahun 2050.
Studi ini berbeda dari pemodelan iklim tradisional karena fokusnya pada waktu dekat, khususnya tahun 2050. Dengan berfokus pada jangka waktu yang lebih pendek, penelitian ini membawa konsekuensi perubahan iklim ke dalam perspektif yang lebih cepat.
“Temuan ini menimbulkan beberapa pertanyaan yang sangat sulit mengenai dunia yang akan diwarisi oleh anak-anak kita dan potensi dampaknya terhadap berbagai event di masa depan, seperti Olimpiade Musim Dingin 2038 di Swiss. Implikasi dari kehilangan es yang signifikan tersebut sangat besar, tidak hanya memengaruhi lanskap tetapi juga cadangan air, infrastruktur, dan populasi,” kata salah satu peneliti dari UNIL, Samuel Cook, seperti dilansir Earth pada Ahad (21/1/2024).
Penggunaan kecerdasan buatan dalam penelitian ini menandai kemajuan yang signifikan dalam pemodelan iklim. Metode deep-learning memungkinkan model untuk mengasimilasi konsep fisik dan menginterpretasikan data iklim dan glasiologi yang nyata secara lebih efektif. Pendekatan inovatif ini memungkinkan prediksi yang lebih akurat dan pemahaman yang lebih jelas tentang ancaman di masa depan akibat perubahan iklim.
"Pembelajaran mesin merevolusi integrasi data yang kompleks ke dalam model kami. Langkah penting ini, yang sebelumnya terkenal rumit dan mahal secara komputasi, sekarang menjadi lebih akurat dan efisien,” kata salah satu penulis studi, Profesor Guillaume Jouvet.
Pegunungan Alpen merupakan pegunungan besar di Eropa yang membentang dari Austria dan Slovenia di timur, melalui Italia, Swiss, Liechtenstein, Jerman, hingga ke Perancis di barat. Di dalam rentang ini, gletser membentuk komponen utama, hamparan esnya menawarkan keindahan dan fungsi ekologis yang vital.
Gletser di Pegunungan Alpen berfungsi sebagai reservoir air yang penting bagi Eropa. Gletser menyimpan curah hujan dalam bentuk es dan melepaskannya secara perlahan, mengaliri sungai dan danau. Air yang mencair ini sangat diperlukan untuk pertanian, pembangkit listrik tenaga air, dan sebagai sumber air minum bagi jutaan orang yang tinggal di dalam dan di sekitar wilayah Alpen.
Gletser di Pegunungan Alpen adalah indikator utama perubahan iklim. Seiring dengan meningkatnya suhu, gletser-gletser ini menyusut dengan kecepatan yang mengkhawatirkan, memberikan bukti nyata tentang pemanasan planet ini. Penyusutan ini tidak hanya memengaruhi keindahan pemandangan Pegunungan Alpen, tetapi juga berdampak luas pada ketersediaan air, keanekaragaman hayati, dan ekologi wilayah tersebut.