ESGNOW.ID, JAKARTA -- Layanan meteorologi India memprakirakan bahwa negara tersebut kemungkinan akan mengalami lebih banyak hari dengan gelombang panas daripada biasanya antara bulan April dan Juni. Kondisi ini berpotensi memukul produksi pertanian dan menghambat upaya pemerintah untuk menurunkan inflasi makanan.
Gelombang panas selama tiga tahun berturut-turut dapat merusak produksi gandum, rapeseed dan buncis, dan juga meningkatkan permintaan tenaga listrik di atas suplai selama musim panas. India adalah produsen gandum terbesar kedua di dunia.
“Pada periode April-Juni, berbagai wilayah di negara ini dapat mencatat 10 hingga 20 hari gelombang panas dibandingkan dengan empat hingga delapan hari yang normal,” kata Direktur Jenderal Departemen Meteorologi India (IMD), Mrutyunjay Mohapatra, seperti dilansir Reuters, Selasa (2/4/2024).
Cuaca ekstrim ini juga dapat berdampak pada pemilihan umum parlemen India, yang merupakan pemilihan umum terbesar di dunia, dan akan diselenggarakan selama hampir tujuh pekan dari tanggal 19 April. Hampir satu miliar orang akan memberikan suara, dan kampanye pemilu telah dimulai.
Akibatnya, para pemilih tersebut akan terpapar oleh gelombang panas dan perlu melakukan tindakan pencegahan sesuai dengan berbagai anjuran yang telah dikeluarkan.
"Selama pemilihan umum di India, warga akan keluar rumah untuk menggunakan hak suaranya, menghadiri rapat umum pemilu, dan lainnya. Akan ada banyak aktivitas di seluruh negeri," kata Menteri Ilmu Bumi India, Kiren Rijiju.
Mohapatra mengungkapkan bahwa pada bulan April –bulan yang sangat penting bagi tanaman yang ditanam pada musim dingin yang akan memasuki masa pematangan— suhu maksimum di atas suhu normal kemungkinan besar terjadi di sebagian besar wilayah India.
“Sebagian besar gandum yang dipanen selama periode ini berada di negara bagian Madhya Pradesh, sementara di negara bagian utara, tanaman sedang dalam tahap pembentukan biji-bijian dan panen akan dilakukan kemudian,” ujar dia.
Gelombang panas mengurangi produksi gandum India pada tahun 2022, memaksa negara itu untuk melarang ekspor.
Permintaan listrik biasanya melonjak selama musim panas dan untuk memastikan pasokan tidak terganggu, jadwal pemeliharaan stasiun pembangkit listrik telah ditunda atau telah diselesaikan, demikian kata seorang pejabat pemerintah.
Kementerian tenaga listrik India telah meminta National Thermal Power Corporation (NTPC) yang dikelola negara untuk mengamankan pasokan gas tambahan jika terjadi lonjakan permintaan.