Ahad 06 Apr 2025 14:52 WIB

Gelombang Panas Terjang Asia Tengah, Dampak Perubahan Iklim Dinilai Mengkhawatirkan

Gelombang panas ini dinilai membahayakan panen tanaman pangan dan pasokan air.

Rep: Lintar Satria/ Red: Qommarria Rostanti
Orang-orang berkumpul di bawah kabut air untuk mendinginkan diri di tengah gelombang panas (ILUSTRASI). Penelitian menunjukkan gelombang panas di Asia Tengah merupakan dampak perubahan iklim.
Foto: AP Photo/Lee Jin-man
Orang-orang berkumpul di bawah kabut air untuk mendinginkan diri di tengah gelombang panas (ILUSTRASI). Penelitian menunjukkan gelombang panas di Asia Tengah merupakan dampak perubahan iklim.

ESGNOW.ID, LONDON -- Penelitian menunjukkan gelombang panas yang menerjang Asia Tengah pada Maret lalu merupakan dampak dari perubahan iklim. Gelombang panas ini dinilai membahayakan panen tanaman pangan dan pasokan air di kawasan tersebut.

Penelitian kelompok ilmuwan yang tergabung dalam World Weather Attribution (WWA) menunjukkan suhu di Asia Tengah pada bulan lalu 10 derajat Celsius lebih panas dari rata-rata masa praindustri. WWA mengatakan perubahan iklim meningkatkan intensitas gelombang panas hingga 4 derajat Celsius.

Baca Juga

"Gelombang panas ini tidak menjadi berita utama, terjadi di musim semi dan wilayah yang tidak dikenal karena paparan gelombang panas," kata penasihat teknis Pusat Iklim Palang Merah Bulan Sabit Merah Maja Vahlberg, seperti dikutip dari Macau Business News, Sabtu (5/4/2025).

Vahlberg terlibat dalam penelitian yang digelar di lima negara Asia Tengah yakin Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan. Peneliti dari Imperial College London Ben Clarke mengatakan biasanya kenaikan gelombang panas hanya sekitar 2 sampai 4 derajat Celsius maka kenaikan 10 derajat Celsius sangat mengejutkan.

"Suhu panas pada bulan Maret berdampak pada lahan pertanian dan akses air serta masyarakat Asia Tengah," kata kepala WWA Friederike Otto.

Pencairan gletser disebut berdampak besar pada masyarakat yang tinggal di negara-negara jauh dari laut itu. Mereka dikabarkan sudah mengalami kelangkaan air.

Bank Pembangunan Eurasia melaporkan 14 sampai 30 persen gletser di dua pegununggan utara Asia Tengah yaitu Tian-Shan dan Pamir, mencair selama 60 tahun terakhir. Gelombang panas melanda tepat saat almond, aprikot, dan ceri panen.

Di beberapa titik panas atau hotspot suhu mencapai 30 derajat Celsius sangat tidak biasa untuk suhu bulan Maret di Asia Tengah. Kawasan itu biasanya mengalami musim panas yang sangat panas dan musim dingin yang sangat dingin.

Ilmuwan iklim mengatakan gelombang panas di kawasan itu kemungkinan akan terus berlanjut. Gelombang panas kemungkinan akan menjadi tren bukan hanya peristiwa satu kali. "Kami harus memprediksi hal ini akan terjadi lebih sering," kata Clarke. 

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement