Mengingat keadaan yang semakin memburuk, Guterres mendesak produksi dan penggunaan bahan bakar fosil global dipangkas 30 persen pada 2030. "Kami membutuhkan jalan keluar dan cepat untuk menghindari 'iklim neraka', menang atau kalah pertempuran 1,5 derajat Celsius akan ditentukan pada 2020-an," kata Guterres dalam pidato peringatan Hari Lingkungan Dunia, Rabu (5/6/2024).
Emisi karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil yang merupakan penyebab utama perubahan iklim mencapai rekor tertingginya tahun lalu, meski negara-negara di seluruh dunia menyepakati rancangan untuk menahan pembebasan emisi dan mempercepat ekspansi pada energi terbarukan.
Batu bara, minyak dan gas masih menyumbang lebih dari tiga perempat energi dunia. Permintaan minyak masih kuat. Wakil Sekretaris Jenderal WMO, Ko Barrett mengatakan data iklim terbaru menunjukkan dunia semakin keluar jalur dari tujuannya untuk membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celsius yang merupakan target utama dari Kesepakatan Paris 2015.
“Kita harus segera berbuat lebih banyak untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, atau kita akan membayar harga yang semakin mahal dalam bentuk triliunan dolar AS dalam hal biaya ekonomi, jutaan nyawa yang terkena dampak cuaca yang lebih ekstrem, dan kerusakan yang lebih parah pada lingkungan dan keanekaragaman hayati,” kata Barrett.
Barrett menggambarkan efek pendinginan dari kondisi cuaca La Nina, yang diperkirakan akan terjadi akhir tahun ini, hanya bisa menurunkan sedikit kurva dari suhu panas yang dirasakan di seluruh dunia. “Kita semua perlu tahu kita perlu membalikkan kurva ini dan kita harus segera melakukannya,” katanya.
Data WMO menunjukkan, meskipun tahun lalu tercatat sebagai tahun kalender terpanas yang pernah ada, yaitu 1,45 derajat Celsius di atas suhu pra-industri, setidaknya satu dari lima tahun ke depan kemungkinan akan lebih panas dari tahun 2023.