ESGNOW.ID, JAKARTA -- Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) menjadi ujung tombak Pertamina dalam pengembangan bisnis energi bersih. Pertamina NRE menargetkan kapasitas terpasang pengembangan pembangkit listrik berbasis energi bersih mencapai enam giga watt (GW) pada 2029.
Target enam GW tersebut akan dikontribusikan dari gas to power dan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan, seperti geotermal, tenaga surya, dan biogas. Hingga semester I 2024, kapasitas terpasang pembangkit listrik yang dioperasikan Pertamina sudah mencapai sekitar 2,6 GW.
"Pertamina menerapkan strategi pertumbuhan ganda, yaitu memperkuat bisnis migas yang sudah ada dan mengembangkan bisnis rendah karbon sebagai penggerak bisnis masa depan. Untuk itu Pertamina NRE memiliki peran sangat strategis dengan menjadi garda terdepan Pertamina untuk mengembangkan bisnis energi bersih dan bisnis baru," kata CEO Pertamina NRE, John Anis, dalam siaran pers, Jumat (21/6/2024).
Pertamina NRE juga menetapkan sejumlah target lainnya pada tahun 2029, antara lain kredit karbon ditargetkan terjual mencapai 19,2 juta ton setara CO2. Pada September tahun lalu, Pertamina NRE menjadi penjual kredit karbon pertama di perdagangan perdana IDX Carbon dengan volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 800 ribu ton setara CO2.
Pertamina NRE juga menargetkan produksi hidrogen bersih mencapai 7.000 ton per tahun pada tahun 2029 dan bioetanol mencapai 840 ribu kilo liter. Sedangkan pada bisnis ekosistem baterai dan kendaraan Listrik, Pertamina NRE menargetkan produksi mencapai 51,4 GWh. Dengan semua target tersebut, anggaran investasi yang disiapkan mencapai 6,2 miliar dolar AS pada 2029. Angka ini naik lebih dari delapan kali lipat anggaran investasi tahun ini.
Pada 2024, Pertamina NRE fokus dengan beberapa inisiatif prioritas. Ada pengembangan bisnis bioetanol untuk mendukung peningkatan pemanfaatan bahan bakar nabati di Indonesia yang bekerja sama dengan Pertamina Patra Niaga. Kemudian pengembangan area geotermal Lumut Balai 2 sebesar 55 MW. Berikutnya, pengembangan bisnis geotermal di luar negeri, bisnis karbon, dan hidrogen untuk bahan bakar kendaraan (hydrogen for mobility).
Pertamina NRE menunjukkan pertumbuhan bisnis yang cukup baik. Pada kinerja finansial tahun 2023, Pertamina NRE membukukan peningkatan pendapatan sebesar enam persen dibandingkan tahun 2022, yaitu menjadi 411,5 juta dolar AS. Sedangkan EBITDA dan laba bersih berturut-turut mencapai sebesar 331,77 juta dolar AS dan 146,60 juta dolar AS, atau naik sebesar 11 persen dan 24 persen dibandingkan tahun 2022.
"Dengan amanah yang dipercayakan kepada Pertamina NRE untuk memimpin transisi energi di Pertamina Group, tantangan yang kami hadapi tidak mudah. Namun kami yakin dengan kolaborasi solid Pertamina NRE serta dukungan semua stakeholder, kami mampu mengawal transisi energi sesuai yang diharapkan," ujar John.
Pada aspek operasional, pada 2023 Pertamina NRE berhasil meningkatkan produksi listrik menjadi 5.452 GWh, atau meningkat sebesar 17 persen dibandingkan tahun 2022. Kenaikan tersebut dikontribusikan dari berbagai jenis pembangkitan, antara lain gas to power, geotermal, panel surya, dan biogas. Pembangkit listrik yang dioperasikan Pertamina NRE juga menunjukkan keandalan yang baik, yang ditunjukkan dari equivalent availability factor (EAF) mencapai 97,20 persen dari target 89,37 persen, serta equivalent forced outage rate (EFOR) hanya 0,21 persen, atau jauh di bawah batas toleransi yang ditetapkan sebesar 2,43 persen. Kinerja operasional ini juga didukung oleh kinerja HSSE yang baik, di mana total jam kerja selamat mencapai 18.518.447 dan tanpa fatalitas.
Capaian Pertamina NRE lainnya selama tahun 2023 antara lain keberhasilan anak usahanya, Pertamina Geothermal Energy, melaksanakan initial public offering (IPO) pada 25 Februari 2023 dengan kode emiten PGEO. PGE juga berhasil menerbitkan global green bond senilai total US 400 juta dolar AS. Pertamina NRE juga menjadi penjual kredit karbon satu-satunya pada perdagangan perdana saat peluncuran bursa karbon pada 26 September 2023 yang diresmikan oleh oleh Presiden Joko Widodo.
Pada Juni 2023, konsorsium PGE dan Chevron berhasil memenangkan lelang wilayah Kerja Panas bumi Way Ratai, Lampung, dan siap untuk melakukan pengembangan. Selain itu, sejumlah PLTS di area operasi Pertamina berhasil terpasang dan beroperasi, antara lain PLTS WK Rokan berkapasitas 25,7 MW, beberapa PLTS di beberapa area kilang dengan total kapasitas 5,5 MW, dan gas to power di RU Dumai sebesar 12,9 MW.
Pertamina NRE juga menunjukkan kinerja keberlanjutan yang sangat baik, yang ditunjukkan dari ESG rating mencapai 13, atau masuk dalam kategori medium risk dan menduduki peringkat 3 dunia untuk sektor independent power producer (IPP). Skor baik tersebut membuktikan bahwa Pertamina NRE cukup baik dalam mengelola risiko dari aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan saat ini Pertamina fokus untuk mengembangkan energi bersih dan mempercepat transisi energi.
"Sejalan dengan strategi bisnis Pertamina untuk mengembangkan bisnis rendah karbon, kami mendukung Pertamina NRE untuk terus berekspansi. Peningkatan bisnisnya tidak hanya berdampak bagi peningkatan energi transisi di Indonesia dan ketahanan energi nasional, namun juga bermanfaat untuk pencapaian target NZE 2060 yang ditetapkan pemerintah," ujar Fadjar.
Pertamina NRE berkomitmen mendukung ketahanan energi melalui pengembangan energi bersih, serta mendukung Net Zero Emission 2060. Pertamina NRE mengimplementasikan aspek ESG secara terintegrasi ke dalam bisnisnya.
Pertamina berkomitmen mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi perusahaan.