Peristiwa yang menimbulkan polusi udara seperti kebakaran hutan akan meningkatkan intensitas dan frekuensi kecemasan saat krisis iklim yang disebabkan aktivitas manusia memburuk. Peneliti iklim sudah menghubungkan kesehatan mental dan krisis iklim.
Dua tahun lalu, Panel Antar-Pemerintah mengenai Perubahan Iklim PBB (IPCC) mengumumkan akan memasukan dampak perubahan iklim pada kesehatan mental dalam laporan mereka.
IPCC menemukan tantangan pada kesehatan mental dapat berhubungan dengan trauma akibat peristiwa cuaca dan iklim ekstrem. IPCC mengatakan, panas ekstrem, kehilangan mata pencaharian dan budaya akibat krisis iklim juga berdampak negatif pada kesehatan mental.
"Kami juga melihat dampak berjenjang dan berlipat ganda, contohnya, kebakaran hutan besar musim panas di Australia yang diikuti banjir dan peristiwa ekstrem lainnya," kata penulis laporan IPCC Kathryn dan Bowen pada 2022 lalu.
Polusi udara tidak hanya ancaman bagi kesehatan mentara. Berdasarkan penelitian terbaru Nanyang Technological University of Singapore menemukan dalam empat dekade terakhir sudah 135 juta orang tewas akibat polusi udara.
Seiring dengan meningkatnya polusi udara, krisis iklim menyebabkan tahun 2023 menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat. Tahun ini diperkirakan akan memecahkan rekor tersebut karena suhu ekstrem yang mempengaruhi masyarakat di seluruh dunia.
Meningkatnya suhu juga berkontribusi terhadap pemanasan lautan yang mendorong terjadinya musim badai yang menghancurkan dan memecahkan rekor di Atlantik. Para peneliti memperkirakan sekitar 23 badai tropis dan angin topan akan terbentuk hingga bulan November.Pada Juni, Badai Beryl menimbulkan kerusakan parah di seluruh Karibia setelah menguat menjadi badai Kategori 5.