Senin 02 Sep 2024 16:00 WIB

Indonesia dan UNDP Perluas Akses Energi Bersih di Empat Provinsi

Energi terbarukan jadi solusi bagi dearah dengan kondisi geografis yang sulit.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Tampilan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 156 kWp Pulau Panjang, di Kelurahan Setokok, Kecamatan Bulang, Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Foto: Dok. PLN
Tampilan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 156 kWp Pulau Panjang, di Kelurahan Setokok, Kecamatan Bulang, Batam, Provinsi Kepulauan Riau.

ESGNOW.ID,  JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bekerja sama dengan Program Pembangunan PBB (UNDP) melalui proyek “Accelerating Clean Energy Access to Reduce Inequality" (ACCESS) memperluas akses energi bersih dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan ke 22 desa terpencil di empat provinsi di Indonesia. Keempat provinsi itu adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, dan Kalimantan Tengah.

UNDP mengatakan dengan dukungan dari Korea International Cooperation Agency (KOICA), proyek-proyek ACCESS berhasil membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) off-grid, memberdayakan operator lokal melalui pelatihan dan peningkatan kapasitas, serta memperkuat lembaga lokal, khususnya Badan Usaha Milik Desa atau BUMDesa, untuk memastikan keberlangsungan pengoprasian dari PLTS sambil membuka peluang pertumbuhan ekonomi lokal sekitar.

Baca Juga

"Hasil dari pembangunan PLTS yang kami resmikan ini mencerminkan komitmen pemerintah dalam mencari solusi untuk mencapai target elektrifikasi nasional. Secara rasio tahun 2023, pelayanan listrik PLN telah menjangkau 98,3 persen penduduk Indonesia, namun masih ada tersisa 1,7 persen yang belum mendapatkan akses,” kata Sekretaris Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi  Energi Kementerian ESDM, Sahid Junaidi dalam pidatonya di peresmian PLTS diadakan di desa Mata Wee Lima, Sumba Barat Daya, Ahad (1/9/2024).  

Sahid melanjutkan, di beberapa wilayah dengan kondisi geografis yang sulit, PLN menghadapi tantangan dalam membangun jaringan listrik, sehingga energi terbarukan menjadi alternatif yang sangat penting. Ia menambahkan program ACCESS merupakan contoh kolaborasi strategis antara Pemerintah, KOICA, dan UNDP Indonesia dalam mengatasi tantangan tersebut. "Besar harapan kami program serupa dapat direplikasi di daerah lainnya," tambahnya.

UNDP mengatakan proyek ACCESS telah berhasil memasang PLTS dan infrastruktur jaringan terkait di semua provinsi target, menyediakan kapasitas listrik total sebesar 1,1 megawatt untuk lebih dari 3 .000 rumah tangga, yang menguntungkan lebih dari 20.000 individu.

Selain memberikan penerangan kepada desa-desa, instalasi tenaga surya ini telah berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup di komunitas sekitarnya, menciptakan peluang baru untuk pembangunan lokal. Sebanyak 20 BUMDesa telah didirikan atau direvitalisasi, memastikan pengelolaan dan pemeliharaan PLTS yang berkelanjutan ke depan.

Selain itu, BUMDesa tersebut juga berhasil meluncurkan berbagai usaha, termasuk perdagangan, peternakan dan budidaya ikan nila dengan sistem bioflok, serta jasa seperti fotokopi, transportasi kargo, dan jasa ekskavator. Sebagian besar inisiatif bisnis ini menggunakan energi bersih dari PLTS dalam operasi sehari-harinya.

UNDP mengatakan BUMDesa-BUMDesa ini menghasilkan pendapatan bulanan mulai dari Rp 1,5 juta hingga Rp 11,6 juta.  Salah satu contoh cerita sukses adalah BUMDesa Eka Pata di Sumba Barat Daya, yang berhasil menjual 130 ayam hingga menghasilkan pendapatan lebih dari Rp8 juta dengan laba hampir Rp2 juta.

"Selamat kepada semua yang terlibat dalam penyelesaian pembangunan 22 PLTS off-grid di bawah Proyek ACCESS. Menggapai tujuan bersama untuk elektrifikasi 100 persen bukanlah pekerjaan yang mudah, terutama mengingat besarnya tantangan pandemi Covid-19 selama waktu implementasi dan sulitnya akses untuk mencapai lokasi terpencil. Dedikasi dan kolaborasi multi pihak sangat penting dalam mencapai tonggak penting ini," kata Wakil Direktur KOICA Indonesia Dr. Sooyoung Park.

Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, sangat penting melibatkan berbagai kelompok, termasuk perempuan dalam sektor energi. Wakil Residen UNDP Indonesia Sujala Pant menyoroti penekanan kuat pada kesetaraan gender dan inklusi sosial.

"Kami berkomitmen memastikan kesetaraan gender dan inklusi sosial dengan menanamkan prinsip-prinsip tersebut ke dalam setiap aspek proyek. Misalnya, 46 persen dari total operator teknis lokal yang dilatih dan disertifikasi adalah perempuan. Ini adalah hasil penting yang akan mengarah pada perubahan representasi sistemik perempuan di sektor ini sehingga perempuan dapat menjadi agen aktif di sektor ini," kata Pant.

UNDP mengatakan hasil proyek ACCESS melampaui solusi energi, karena juga meletakkan dasar untuk pembangunan berkelanjutan yang dikawal oleh masyarakat. UNDP menambahkan dengan mendirikan dan memperkuat lembaga lokal seperti BUMDesa dan UMKM lokal, serta memastikan partisipasi aktif perempuan dalam proses-prosesnya, proyek ini mendorong komunitas yang tangguh yang dapat terus berkembang setelah penyelesaian proyek. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement