ESGNOW.ID, MUSI RAWAS -- Masyarakat Desa Sukakarya di Kecamatan STL Ulu Terawas, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan mulai melestarikan Pinang Betara dalam beberapa tahun terakhir. Dampaknya bisa menggerakkan roda ekonomi warga.
Di Desa Sukakarya, terdapat Kelompok Wanita Tani (KWT) "Melati" yang aktif menanam dan memproduksi hasil panen Pinang Betara itu. Ketua KWT Melati, Suhartini mengatakan awalnya, nilai guna dari tanaman tersebut sangat terbatas.
Batang pohon pinang bahkan hanya dijadikan salah satu properti saat perayaan kemerdekaan. Tapi kini sudah banyak manfaatnya. Buahnya dijadikan minuman tradisional bandrek, kopi, juga bahan untuk ecoprint.
Masuknya Pertamina EP Pendopo Field membuat upaya warga untuk memaksimalkan potensi pinang betara semakin baik. Selain berperan dalam pendampingan, pelatihan, PEP juga membantu menyediakan alat yang dipakai saat panen, juga menampung hasil panen tersebut.
"Yang ditampung Pertamina itu buah yang kering," kata Suhartini, Ketua KWT Melati di Desa Sukakarya, Jumat (13/9/2024).
PEP Pendopo Field bekerja sama dengan Pemkab Musi Rawas, Pemerintah Kecamatan STL Ulu Terawas, dan sejumlah tokoh di Desa Sukakarya mendorong mitra binaan untuk mengekspor pinang. Warga dilatih memilah pinang mana yang layak dieskpor. Kolaborasi PEP dengan warga desa tersebut sejak 2019 lalu.
Menurut Suhartini, saat itu memasuki era pandemi Covid-19. Banyak yang kehilangan pekerjaan. Butuh solusi nyata demi mengais rejeki.
"Awalnya, tak ada harganya. Ternyata potensinya cukup besar. Barulah mereka menanam pinang. Hasilnya sudah membantu masyarakat di sini," ujar Ketua KWT Melati Desa Sukakarya itu.
Beberapa dijadikan produk makanan. Lalu ada yang diekspor. Hasilnya masuk kas kelompok. Warga mendapatkan manfaat melalui koperasi simpan pinjam. Modal koperasi dari usaha jual beli pinang ini.
Suhartini menjelaskan, harga pinang tua satu kilogram di pasar lokal sekitar Rp 4.000. Dengan adanya upaya mendorong pasar ke level internasional, warga bisa mendapatkan harga lebih hingga, yakni sebesar Rp 6.000. "Jadi, manfaat ekonomi melalui upaya mendorong ekspor ini lebih besar dibandingkan dengan menjual pinang (tua) di pasar lokal," ujarnya.
Community Development Officer PEP Pendopo Field, Erwinton Simatupang, menyatakan upaya mendorong ekspor pinang dengan melibatkan warga dan pemerintah daerah mencerminkan pendekatan Creating Shared Value (CSV). Pada titik ini, PEP Pendopo Field berupaya membangun kluster industri lokal melalui kerja sama antara berbagai entitas, seperti pemerintah, lembaga masyarakat, dan bisnis.
"Mendorong ekspor pinang, pasar yang adil dan terbuka memungkinkan ada bagi masyarakat, dan pada akhirnya mendorong peningkatan kualitas dan efisiensi produksi pinang. Terlebih, akses ke pasar yang lebih besar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan daya saing produk lokal di pasar global,” ujar Erwinton.
Rencananya pinang hasil panenan di Desa Sukakarya ini akan dieskpor ke Dubai, Uni Emirat Arab. Camat STL Ulu Terawas, Muhammad Pahip menilai apa yang terjadi buah dari sebuah perubahan. Awalnya, masyarakat di Desa Sukakarya hanya fokus mengurusi sawit.
Kini warga Desa Sukakarya mengalihkan konsentrasi pada Pinang Betara. Muhammad mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh PEP Pendopo Field. Jika semula kegiatan yang dilakukan berfokus di Desa Sukakarya, kini kegiatan tersebut menyebar ke desa lain di Kecamatan STL Ulu Terawas. Bahkan juga ke beberapa daerah Kabupaten Musi Rawas.
"Perusahaan lain bisa menjadikan PEP Pendopo Field sebagai contoh baik dalam campur tangan bisnis pada isu sosial dan lingkungan,” tuturnya.
Upaya PEP Pendopo Field merealisasikan pendekatan CSV tidak lepas dari kemampuan perusahaan membaca potensi desa. Ini sejalan dengan core business perusahaan. Pertamina gencar melakukan aksi pemberdayaan masyarakat di semua wilayah kerja perusahaan. Unit-unit usaha BUMN tersebut ada di berbagai daerah di tanah air. Apa yang dilakukan Pertamina EP Pendopo Field gambaran nyata kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR).
Sebagai perusahaan energi, Pertamina tak hanya berorientasi profit. Pada saat yang sama tetap menginisiasi kegiatan pengelolaan lingkungan dan membantu menaikkan taraf hidup masyarakat, terutama warga yang bersentuhan langsung dengan WK. CSR yang dilakukan pun harus bisa membuat warga mandiri secara ekonomi, di kemudian hari.
"Kita ingin CSR pada prinsipnya bukan memberi, setelahnya hilang. Ini yang kita edukasi ke masyarakat, karena ada yang berpikir CSR itu bagi-bagi duit. Ini yang kita hindari, karena kita pengen terus berlanjut, supaya mereka berdiri sendiri," kata General Manajer Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona 4, Djujuwanto di Prabumulih, beberapa hari lalu.