ESGNOW.ID, CALI -- Aktivis mengatakan ancaman terhadap masyarakat adat yang membela lingkungan di Ekuador semakin meningkat dan serangan terhadap mereka kerap mematikan. Hal ini disampaikan di Pertemuan Keanekaragaman Hayati PBB (COP16) di Cali, Kolombia.
Hampir 200 negara berkumpul untuk menyepakati implementasi Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal yang disepakati 2022 lalu yang bertujuan menyelamatkan kerusakan alam sebelum 2030.
Salah satu target yang disepakati adalah meningkatkan perlindungan pada aktivis lingkungan. Tapi di ujung acara yang digelar selama dua pekan itu, para aktivis dari masyarakat adat Ekuador mengatakan bahaya yang dihadapi komunitasnya semakin meningkat.
"Ini menjadi masalah yang sangat buruk dan intens di Ekuador," kata ketua komunitas masyarakat adat Waorani Juan Bay, akhir pekan lalu.
Ia menambahkan ancaman terhadap aktivis masyarakat adat semakin meningkat sejak 2023, ketika referendum menyetujui larangan pengeboran minyak di Amazon.
Kolombia yang merupakan tuan rumah COP16 salah satu negara yang paling berbahaya bagi aktivis lingkungan dan hak lahan. Puluhan aktivis dibunuh setiap tahunnya.
Beberapa tahun terakhir, kekerasan yang dilakukan kelompok penjahat di Ekuador semakin parah. Pada awal tahun ini, Presiden Ekuador Daniel Noboa mendeklarasikan masa darurat konflik bersenjata internal dan menetapkan hampir dua lusin kelompok kriminal sebagai kelompok teroris.
Salah satu yang dinegosiasikan di COP16 adalah pemantau pembunuhan berencana pada orang-orang yang berusaha melindungi lingkungan.
Berdasarkan data situs Konvensi Keanekaragaman Biologis PBB, Ekuador belum melaporkan tujuan untuk melindungi aktivis lingkungan. Pelapor khusus bidang kesehatan lingkungan PBB Astrid Puentes mengatakan ancaman kekerasan di Ekuador meningkat.
Puentes mengatakan Pemerintah Ekuador harus memenuhi standar perlindungan lingkungan dan mengimplementasikan langkah-langkah perlindungan pada mereka yang menerima ancaman. Sekretariat masyarakat adat Ekuador belum menanggapi permintaan komentar.
Jhajayra Machoa, dari CONFENIAE, organisasi utama kelompok masyarakat adat di Amazon Ekuador mengatakan pembunuhan yang dilaporkan menciptakan iklim ketakutan bagi masyarakat adat yang berusaha melindungi rumah mereka. "Sangat sulit menghadapi situasi ini," katanya.