Rabu 13 Nov 2024 15:59 WIB

Sejumlah Fenomena Ini Buktikan Pemanasan Global Sudah Mengkhawatirkan

Kerusakan terumbu karang dunia dikhawatirkan tak bisa dipulihkan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Orang-orang berjalan di jalan yang tertutup lumpur akibat banjir di Kota Picanya, Provinsi Valencia, Spanyol, 31 Oktober 2024.
Foto: EPA-EFE/MIGUEL ANGEL POLO
Orang-orang berjalan di jalan yang tertutup lumpur akibat banjir di Kota Picanya, Provinsi Valencia, Spanyol, 31 Oktober 2024.

ESGNOW.ID,  BAKU -- Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-29 (COP29) digelar tak lama setelah belahan dunia dilanda bencana terkait iklim. Bencana itu mulai dari badai besar yang menghantam Amerika Serikat (AS) hingga banjir bandang mematikan di Spanyol.

Para ilmuwan mengatakan bukti-bukti menunjukkan pemanasan global dan dampaknya terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Berikut sejumlah bukti yang menunjukkan perubahan iklim sudah terjadi.

Baca Juga

1. Badai Besar

Pemanasan global yang menghangatkan lautan tidak hanya memperkuat badai-badai di Atlantik, tapi juga mempercepat intensitasnya. Badai Kategori 1 naik ke Kategori 3 dalam waktu beberapa jam saja.

Bukti yang berkembang menunjukkan hal ini berlaku di cekungan samudra lainnya. Pada Oktober lalu, Badai Milton hanya butuh satu hari di Teluk Meksiko untuk naik intensitasnya badai terkuat kedua yang pernah tercatat di Teluk itu yang kemudian menghantam pantai barat Florida.

Udara hangat juga dapat menahan lembapan, membantu badai-badai melepaskan lebih banyak hujan. Hasilnya menyebabkan banjir di daerah pegunungan seperti yang di North Carolina, AS pada bulan September lalu.

2. Kebakaran Mematikan

Pemanasan global menyebabkan jalur air mengering dan menghisap kelembapan hutan. Ini memicu kondisi yang membuat kebakaran hutan lebih besar dan lebih panas seperti yang terjadi di AS, Kanada, Eropa sampai daerah timur jauh Rusia.

Kebakaran hutan yang lebih besar juga mengakibatkan asap yang lebih banyak. Penelitian yang diterbitkan Nature Climate Change bulan lalu memperkirakan bahwa sekitar 13 persen kematian terkait dengan asap kebakaran hutan yang beracun atau sekitar 12.000 kematian selama 2010-an dapat dikaitkan dengan dampak perubahan iklim pada kebakaran hutan.

3. Pemutihan Terumbu Karang

Ketika dunia dilanda pemutihan karang massal yang keempat dan yang terbesar yang pernah tercatat, para ilmuwan mengkhawatirkan kerusakan terumbu karang dunia melewati titik yang sudah tidak bisa dipulihkan kembali.

Para ilmuwan akan mempelajari pemutihan terumbu karang dari Australia hingga Brasil untuk mencari tanda-tanda pemulihan dalam beberapa tahun ke depan jika suhu bumi turun.

4. Kekeringan di Hutan Hujan Amazon

Amazon wilayah Brasil dicengkram kekeringan terparah dan terluas sejak pencatatan dimulai tahun 1950. Tinggi permukaan sungai di hutan itu tahun ini menjadi yang terendah yang pernah tercatat sementara kebakaran menghanguskan banyak lahan di hutan itu.

Hal ini menambah kekhawatiran pada temuan ilmiah yang dipublikasikan awal tahun yang mengindikasi pada tahun 2050 mendatang 10 sampai 47 persen wilayah Amazon akan menghadapi tekanan panas dan kekeringan serta ancaman lain yang ditimbulkan perubahan iklim. Hutan di seluruh dunia mengalami tekanan dampak perubahan iklim.

Penelitian yang dirilis bulan Juli lalu menemukan karena kekeringan di Amazon dan kebakaran hutan di Kanada tahun lalu hutan dunia gagal menyerap karbon dioksida dari atmosfer dalam jumlah sebanyak yang sebelumnya.

4. Meningkatnya Erupsi Gunung Berapi

Ilmuwan khawatir perubahan iklim dalam meningkatkan erupsi gunung berapi. Gunung berapi di Islandia tampaknya merespon cepat pencairan gletser. Sebab saat es meleleh tekanan pada kerak dan mantel Bumi berkurang.

Para ahli vulkanologi khawatir hal ini dapat mengganggu kestabilan reservoir magma dan tampaknya menyebabkan terciptanya lebih banyak magma, sehingga meningkatkan tekanan di bawah tanah.

Sekitar 245 gunung berapi di seluruh dunia berada di bawah atau dekat es dan berpotensi membahayakan.

5. Ambruknya Sistem Arus Laut

Pemanasan Samudera Atlantik dapat mempercepat ambruknya sistem arus utama yang menurut para ilmuwan mungkin sudah terputus-putus. Sirkulasi Terbalik Meridian Atlantik (AMOC) yang mengangkut air hangat dari daerah tropis ke Atlantik Utara, membantu menjaga musim dingin Eropa lebih sejuk selama berabad-abad.

Penelitian pada tahun 2018 menunjukkan AMOC sudah melemah sekitar 15 persen dibanding tahun 1950. Sementara penelitian yang diterbitkan jurnal Science Advances pada Februari lalu menunjukkan pelemahan lebih kritis daripada yang diperkirakan sebelumnya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement