ESGNOW.ID, BEIJING -- Jajak pendapat yang digelar stasiun televisi Cina, CGTN dan Renmin University melalui New Era Institute of International Communication (NEIIC) mengungkapkan masyarakat negara-negara berkembang lebih bertekad untuk mengatasi perubahan iklim dibanding negara maju. Jajak pendapat yang digelar 7.659 responden di 38 negara itu menemukan kuatnya dukungan warga negara berkembang pada solusi ramah lingkungan dan seruan kerja sama internasional untuk mengatasi krisis iklim.
Dikutip dari CGTN, Kamis (14/11/2024), sebanyak 90,3 persen responden mengatakan bahwa mengatasi perubahan iklim adalah hal yang mendesak dan komunitas internasional harus membangun konsensus dan mengambil langkah-langkah yang lebih praktis.
Peristiwa cuaca ekstrem seperti gelombang panas, angin topan, dan banjir, memicu kekhawatiran yang meluas di kalangan masyarakat di seluruh dunia. Hasil survei menunjukkan 90,4 persen responden global percaya frekuensi kejadian cuaca ekstrem meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir, 87,3 persen merasa seringnya kejadian ini mencerminkan memburuknya iklim global, dan 89,8 persen “sangat prihatin” atau “prihatin” dengan masalah tata kelola iklim.
Dalam survei tersebut, 87 persen responden menyatakan penguatan kerja sama internasional merupakan kunci untuk mencapai tata kelola iklim global yang lebih efektif. Namun, survei tersebut juga mengungkapkan bahwa dibandingkan dengan responden dari negara maju, responden dari negara berkembang menunjukkan kemauan yang lebih kuat, serta tekad dan tekad yang lebih besar dalam mengatasi masalah perubahan iklim.
Survei ini menemukan 80,8 persen responden dari negara berkembang menyatakan “kesediaan untuk membayar lebih mahal untuk produk ramah lingkungan”, yang berarti 26,5 poin persentase lebih tinggi daripada responden dari negara maju. Selain itu, 86,6 persen responden dari negara berkembang secara aktif menggunakan teknologi dan produk energi baru, 17 poin lebih tinggi dibandingkan dengan responden dari negara maju.
Selain itu, 96,1 persen responden dari negara berkembang mendukung percepatan pengembangan industri hijau untuk memerangi perubahan iklim, hampir 11 poin persentase lebih tinggi daripada responden dari negara maju.