ESGNOW.ID, BAKU -- Chief Sustainability and Corporate Affairs Officer PT Vale Indonesia Tbk Bernardus Irmanto menekankan pentingnya keberlanjutan di industri pertambangan. Ia sampaikan hal ini saat terlibat diskusi di Paviliun Indonesia pada COP 29 di Baku, Azerbaijan, Kamis (15/11/2024).
Ia percaya perusahaan membutuhkan reputasi dalam bisnis jangka panjang. "Bagi PT Vale, pilihannya hanya dua, memimpin praktik berkelanjutan atau tertinggal? Tidak ada pilihan untuk tidak melakukan aksi berkelanjutan," kata Bernardus.
Ia menjelaskan bagaimana perusahaannya mengimplementasikan Environmental, Social, and Governance (ESG). Menurut dia, penerapan ESG merupakan inti dari strategi PT Vale.
Bernardus mengatakan, industri tambang juga menghadapi isu tentang emisi karbon. Menurut Bernardus, mereka beruntung perusahaan tersebut dibangun mengantisipasi hal seperti itu.
Sejak awal berdiri, PT Vale Indonesia telah memulai dengan membangun dan mengoperasikan PLTA Larona, PLTA Balambano dan PLTA Karebbe. Ketiga PLTA ini memanfaatkan aliran Sungai Larona yang airnya dipasok dari tiga danau: Matano, Mahalona, dan Towuti.
Dengan total kapasitas terpasang sebesar 365 megawatt (MW) untuk pasokan energi ke pabrik pengolahan, operasional ketiga PLTA tersebut mendukung PT Vale mengurangi emisi GRK lebih dari 1 juta ton CO 2eq per tahun, jika dibandingkan dengan pembangkit berbahan bakar batu bara.
Selain menunjang kebutuhan operasional, 10,7 MW energi listrik yang dihasilkan PLTA tersebut juga didistribusikan melalui PLN untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Luwu Timur. Pabrik PT Vale di Sorowako memiliki intensitas karbon terendah. Itu salah satu bukti PT Vale melakukan produksi nikel berbasis energi bersih. Penyempurnaan terus dilakukan.
"Sekarang kami membangun peta jalan, kami akan mengurangi emisi karbon 33 persen pada 2030 dan mencapai net zero emission (NZE) pada 2050," ujar Bernardus.
Pada kesempatan serupa, ia juga membahas pendekatan efisiensi yang dilakukan PT Vale yang merupakan bagian dari upaya berkelanjutan. Kemajuan teknologi juga membantu perusahaan menerapkan keseimbangan dalam beroperasi.
Bernardus menyebut PT Vale bisa berkolaborasi dengan perusahaan di berbagai negara. Mereka bekerja sama dengan perusahaan Jepang, China, Amerika Serikat, Kanda, Jerman. "Jadi melalui kolaborasi, saya rasa memungkinkan kami untuk memiliki operasi pengolahan nikel net-zero emisi sejak hari pertama."
Bernardus turut menyinggung komitmen PT Vale melakukan rehabilitasi, bahkan di luar area konsesi. Ia mencontohkan hingga akhir 2023, perusahaan tersebut sudah merehabilitasi 2,5 lipat dari luas wilayah yang mereka buka untuk penambangan.