Ahad 01 Dec 2024 06:49 WIB

Pemerintah Didesak Lebih Ambisius Atasi Sampah Plastik

Negara-negara yang tergabung dalam HAC mendorong penggunaan produksi plastik.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
 Anak-anak bermain di pantai sambil berenang antara sampah yang mengapung di laut di Pantai Kalumata Ternate, Maluku Utara, Jumat (15/11/2024).
Foto:

Aliansi mengakui Indonesia juga mendukung prinsip-prinsip perluasan tanggung jawab produsen (EPR) dan ekonomi sirkular dan menekankan pentingnya daur ulang, pembuangan yang aman, dan pengembangan pasar untuk plastik sekunder. Tetapi tidak memprioritaskan reformasi yang sistemik dan segera, sehingga tidak memandang urgensi pelarangan bahan berbahaya dalam plastik dan praktik pengelolaan limbah yang tidak berkelanjutan.

“Posisi Pemerintah Indonesia dalam negosiasi kelima Perjanjian Internasional tentang Plastik sangat mengecewakan. Pada pembahasan pasal 6 misalnya, Pemerintah Indonesia dalam dokumen usulan menyatakan ketidaksetujuan pada upaya pengurangan produksi plastik karena pertimbangan kepentingan ekonomi dari industri plastik," kata Juru Kampanye Polusi dan Perkotaan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Ghofar.

Padahal, menurutnya, Industri plastik hulu terutama minyak bumi dan petrokimia penyumbang utama polusi dan emisi gas rumah kaca penyebab krisis iklim. Ghofa mengatakan tanpa ada upaya pengurangan produksi plastik, maka upaya mengatasi polusi plastik dan krisis iklim tidak akan pernah tercapai.

“Kesehatan masyarakat dan lingkungan Indonesia dipertaruhkan dengan posisi Pemerintah yang tidak ambisius dalam negosiasi ini," kata Senior Advisor Nexus3 Foundation Yuyun Ismawati.

Yuyun mengatakan intervensi Pemerintah Indonesia tidak memperlihatkan kesehatan sebagai prioritas, namun terus mendorong untuk menggenjot produksi plastik di hulu. Ia mencatat sudah banyak penelitian yang membuktikan dampak dan efek produksi plastik dan bahan-bahan kimia plastik terhadap kesehatan manusia.

Yuyun mengatakan masyarakat berhak tahu bahan kimia plastik apa saja yang digunakan dan dilepaskan dalam proses produksi plastik dari hulu sampai hilir. Ia mendorong transparansi polutan dan kimia dalam plastik harus dapat diakses publik untuk memenuhi hak hidup di lingkungan yang aman dan sehat.

"Kami anak Indonesia berhak tinggal di lingkungan yang sehat dan bersih dari pencemaran plastik, kami menuntut pemerintah Indonesia untuk serius menanggapi krisi plastik sekarang juga, jangan sampai generasi anda menjadi generasi perusak masa depan kami," kata Co-Captain River Warrior Aeshnina Azzahra.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement