Rabu 18 Dec 2024 16:16 WIB

Sektor Transportasi Jadi Penyumbang Utama Emisi Karbon Indonesia

Mobil dan motor pribadi menyumbang 55 persen dari total emisi nasional

Red: Intan Pratiwi
Kendaraan terjebak kemacetan di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (13/10/2024). Menurut Kepala Unit Pengelola Sistem Jalan Berbayar Elektronik (SPBE) Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Zulkifli mengatakan kerugian akibat kemacetan mencapai Rp100 triliun per tahun. Kerugian tersebut dihitung berdasarkan dampak terhadap warga dari aspek kesehatan akibat polusi dan travel time serta aspek biaya operasional kendaraan seperti biaya bahan bakar.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Kendaraan terjebak kemacetan di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (13/10/2024). Menurut Kepala Unit Pengelola Sistem Jalan Berbayar Elektronik (SPBE) Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Zulkifli mengatakan kerugian akibat kemacetan mencapai Rp100 triliun per tahun. Kerugian tersebut dihitung berdasarkan dampak terhadap warga dari aspek kesehatan akibat polusi dan travel time serta aspek biaya operasional kendaraan seperti biaya bahan bakar.

ESGNOW.ID, JAKARTA -- Sektor transportasi menjadi salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di Indonesia. Bahkan mobil dan motor pribadi menyumbang 55 persen total emisi pada tahun ini.

Laporan IESR menunjukan kontribusi mobil terhadap emisi GRK sektor transportasi lebih besar dibandingkan sepeda motor, menjadikannya penyumbang tertinggi di antara semua moda kendaraan penumpang pribadi.

Sepeda motor, yang mencapai 454 unit per 1.000 penduduk, juga menyumbang signifikan terhadap emisi GRK. Kedua jenis kendaraan ini menyumbang 55 persen dari total emisi sektor transportasi pada 2023.

Sejak 2019, Indonesia telah memulai langkah dekarbonisasi sektor kendaraan pribadi melalui Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019, yang mendorong penggunaan kendaraan listrik dengan mendukung industri kendaraan listrik (EV) dan pengembangan infrastruktur pengisian daya.

Angkutan barang menyumbang 28,1 persen dari total emisi sektor transportasi, dengan mayoritas emisi berasal dari transportasi jalan. Transisi ke kendaraan listrik berat membutuhkan biaya yang jauh lebih tinggi dibandingkan kendaraan berbahan bakar fosil, sementara alternatif seperti hidrogen masih dalam tahap pengembangan.

Mandat biodiesel menjadi strategi utama dalam kerangka kebijakan saat ini untuk dekarbonisasi angkutan barang di jalan.

Pergeseran moda (modal shift) ke opsi beremisi rendah seperti kereta api dianggap efektif dalam mengurangi eksternalitas, termasuk emisi CO2, kecelakaan, dan kemacetan.

Dalam skenario ambisius, mencapai pangsa moda kereta api sebesar 19,59 persen dapat mengurangi emisi hingga 3,56 juta ton CO2e per tahun pada 2030, dengan asumsi penurunan biaya transportasi kereta api sebesar 26 persen.

Meski langkah-langkah telah diambil, seperti promosi kendaraan listrik dan pengembangan transportasi massal, sektor transportasi Indonesia masih memerlukan pendekatan yang lebih menyeluruh dan ambisius untuk mencapai target dekarbonisasi yang signifikan.

Peningkatan investasi dalam infrastruktur transportasi umum dan solusi inovatif seperti pergeseran moda menjadi kunci dalam mengatasi tantangan ini.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement