ESGNOW.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan Just Energy Transition Partnership (JETP) akan tetap berlanjut meskipun Amerika Serikat (AS) mengundurkan diri dari inisiatif tersebut. Berlanjutnya JETP dipastikan dalam pertemuan antara Indonesia dengan negara mitra di Jakarta, Senin (24/3/2025).
Pertemuan yang dihadiri oleh Duta Besar dari sembilan negara mitra, termasuk Jepang, Jerman, Inggris, Prancis, Denmark, Norwegia, Italia, dan Kanada, menegaskan komitmen negara-negara mitra untuk mendukung transisi energi di Indonesia tetap kuat.
Airlangga mengatakan Jerman dan Jepang akan terus berperan sebagai co-lead dalam JETP, menunjukkan dedikasi mereka untuk membantu Indonesia mencapai target net zero emission pada tahun 2060 atau lebih cepat.
"Dan pada pertemuan ini adalah komitmen dari Jerman dan Jepang untuk tetap menjadi co-lead daripada Just Energy Transition Partnership walaupun Amerika mengundurkan diri," katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (24/3/2025).
Indonesia menetapkan target ambisius untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 31,89 persen secara mandiri, dan hingga 43 persen jika mendapatkan dukungan finansial internasional pada tahun 2030. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah telah membentuk Satuan Tugas Transisi Energi dan Ekonomi Hijau.
Satuan Tugas ini terdiri atas empat kelompok kerja yang fokus pada energi hijau, industri hijau, kemitraan dan investasi hijau, serta pengembangan sosial, ekonomi, dan sumber daya manusia.
Dalam implementasi JETP, sebanyak 54 proyek telah menerima dukungan pendanaan internasional dengan total komitmen mencapai 1,1 miliar dolar AS. Dari jumlah tersebut, sembilan proyek mendapatkan pendanaan dalam bentuk pinjaman atau ekuitas, sementara sejumlah proyek lainnya menerima hibah sebesar Rp 233 miliar.
Airlangga juga menambahkan Indonesia telah mengamankan jaminan sebesar 1 miliar dolar untuk mempercepat proyek-proyek transisi energi bersih melalui bilateral development grants.
Salah satu proyek yang menjadi sorotan adalah Muara Labuh di Sumatra Barat, yang merupakan program biotermal yang diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2030. Proyek ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pencapaian target energi bersih Indonesia.
"Selanjutnya, pemerintah akan terus melakukan koordinasi antar kementerian, kemudian juga diharapkan pencairan daripada financing berbagai modal, ini bisa terus didorong, dan pemerintah melakukan pemantauan dan evaluasi berbasis digital, dan para stakeholders bisa mengakses, dan secara berkala akan dilakukan koordinasi," kata Airlangga.
Pada awal Maret ini, AS resmi mengundurkan diri dari inisiatif JETP yang diluncurkan untuk mendukung beberapa negara berkembang dalam transisi dari energi batubara ke energi bersih. Keputusan ini mengakhiri kontribusi AS terhadap dana iklim sebesar 45 miliar dolar AS yang dijanjikan untuk mendukung upaya tersebut.
Inisiatif JETP diluncurkan pada tahun 2021 ketika Afrika Selatan menandatangani kesepakatan dengan negara mitra atau International Partners Group (IPG) yang mencakup Uni Eropa, Jerman, Inggris, Prancis, dan AS di Pertemuan Perubahan Iklim PBB (COP26) di Glasgow.
Kelompok ini berjanji untuk menggalang dana awal sebesar 8,5 miliar dolar AS antara tahun 2023 dan 2027, angkanya kemudian naik beberapa miliar dolar setelah Belanda dan Denmark bergabung. Pada tahun 2022, Indonesia berhasil merundingkan kesepakatan JETP dengan komitmen sebesar 20 miliar dolar AS dari IPG, termasuk 10 miliar dolar AS dari investor komersial, diikuti oleh Vietnam dengan komitmen sebesar 15 miliar dolar AS.