ESGNOW.ID, NEW YORK — Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres menyerukan aksi global yang lebih cepat dan ambisius untuk mengatasi krisis polusi plastik. Seruan ini disampaikan di tengah momentum Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 yang diperingati setiap 5 Juni.
“Polusi plastik mencekik planet kita, merusak ekosistem, kesejahteraan manusia, dan iklim,” kata Guterres dalam pernyataannya, pekan ini.
Ia menggambarkan skala ancaman plastik yang telah meluas hingga ke tempat-tempat paling ekstrem di Bumi. Limbah plastik menyumbat sungai, mencemari laut, dan membahayakan satwa liar. Bahkan mikroplastik ditemukan meresap ke dalam tubuh manusia.
“Dan saat plastik terurai menjadi partikel yang semakin kecil, ia menyusup ke setiap sudut Bumi: dari puncak Gunung Everest hingga ke dasar samudera; dari otak manusia hingga air susu ibu,” tambahnya.
Guterres mengapresiasi upaya global yang mulai mengurangi plastik sekali pakai dan memperbaiki sistem pengelolaan sampah. Namun ia menegaskan bahwa langkah-langkah tersebut belum cukup.
Ia menyoroti pentingnya perundingan internasional yang akan digelar pada Agustus 2025 di Jenewa, Swiss. Pertemuan tersebut, dikenal sebagai bagian kedua dari Komite Perundingan Antar Pemerintah (INC-5.2), akan membahas rancangan perjanjian global yang mengikat secara hukum untuk mengakhiri polusi plastik.
Perjanjian ini akan mencakup seluruh siklus hidup plastik—dari produksi hingga pembuangan—dalam kerangka ekonomi sirkular.
Sesi pertama perundingan (INC-5.1) sebelumnya digelar di Busan, Korea Selatan, pada November–Desember 2024, namun gagal mencapai konsensus antarnegara.
“Kita memerlukan perjanjian yang ambisius, kredibel, dan adil tahun ini. Perjanjian yang mencakup siklus hidup plastik melalui perspektif ekonomi sirkular yang memperhatikan kebutuhan komunitas yang selaras dengan tujuan lingkungan yang lebih luas, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, dan lebih jauh lagi diimplementasikan secara cepat dan menyeluruh,” ujar Guterres.
Ia mendesak para perunding untuk kembali ke meja negosiasi dengan tekad menyelesaikan perbedaan dan menyusun perjanjian yang dapat menyelamatkan generasi masa depan.
“Bersama-sama, kita bisa akhiri polusi plastik dan bangun masa depan berkelanjutan,” katanya.