Rabu 30 Jul 2025 12:03 WIB

Pemerintah Dorong Wisata Alam Berbasis Konservasi

Konservasi dan pariwisata merupakan dua hal yang saling berkaitan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Perawat satwa mengangkat seekor anak komodo (Varanus komodoensis) saat acara pemberangkatan komodo menuju habitat aslinya di Taman Safari Indonesia (TSI), Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (14/8/2023).
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Perawat satwa mengangkat seekor anak komodo (Varanus komodoensis) saat acara pemberangkatan komodo menuju habitat aslinya di Taman Safari Indonesia (TSI), Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (14/8/2023).

ESGNOW.ID,  JAKARTA — Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menegaskan arah pengembangan wisata alam di Indonesia harus berpijak pada prinsip ekowisata, bukan pariwisata massal. Hal ini disampaikan dalam pertemuannya dengan Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana untuk memperkuat sinergi antara konservasi sumber daya alam dan pengembangan pariwisata berkelanjutan.

Kedua kementerian sepakat menindaklanjuti kolaborasi lintas sektor tersebut melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) sebagai dasar kerja sama ke depan.

Baca Juga

“Tren wisata alam yang meningkat saat ini memang menggembirakan. Namun, kita tidak bisa hanya mengandalkan semangat FOMO. Wisata alam harus mengandung nilai edukasi dan kultural. Kita cari titik temu antara konservasi dan pariwisata yang bertanggung jawab,” kata Raja Juli dalam keterangannya dikutip pada Rabu (30/7/2025).

Menanggapi insiden kecelakaan di jalur pendakian Gunung Rinjani, Raja Juli menilai perlu ada perbaikan menyeluruh dalam manajemen pendakian. Ia mendorong adanya sistem kuota, pemeringkatan tingkat kesulitan jalur, serta penyusunan standar operasional prosedur (SOP) yang lebih ketat.

Menteri Pariwisata Widiyanti menyambut baik langkah tersebut dan menekankan pentingnya penguatan aspek keselamatan serta pengelolaan risiko di destinasi wisata. “Insiden di Rinjani menjadi pengingat bagi kita semua bahwa intervensi lintas sektor diperlukan. Kita akan bentuk tim kerja bersama untuk peningkatan standar keselamatan di destinasi wisata alam,” ujarnya.

Widiyanti juga menyebut bahwa konservasi dan pariwisata merupakan dua hal yang saling berkaitan. “Wisata yang berkelanjutan tidak mungkin terwujud tanpa perlindungan terhadap alam. Sinergi ini sangat penting untuk masa depan pariwisata Indonesia,” katanya.

Pertemuan ini turut membahas pemanfaatan hibah dari Zayed Foundation (Uni Emirat Arab) senilai 4,7 juta dolar AS atau sekitar Rp76,9 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk mendukung program konservasi komodo dan pengembangan wisata berbasis pelestarian alam di kawasan sekitarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement