ESGNOW.ID, LOMBOK BARAT — Proyek pengembangan kawasan wisata Marina Bay City di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), mengusung konsep kemandirian ekonomi lokal dan keberlanjutan sebagai pendekatan utama pembangunan. Proyek ini berada di bawah pengelolaan PT Marina Bay Group dan direncanakan berdiri di atas lahan seluas 200 hektare.
Presiden Direktur Marina Bay Group, Adrian Campbell, menyebut pendekatan kemandirian dan keberlanjutan masih jarang dijadikan prioritas dalam investasi sektor pariwisata. Menurutnya, model pembangunan yang hanya berorientasi ekonomi tanpa memperhitungkan dampak sosial dan lingkungan sudah tidak relevan dengan tantangan hari ini.
“Misi kami adalah mendorong pariwisata sebagai mesin baru yang menggerakkan ekonomi lokal, tapi sekaligus feasible secara bisnis. Dengan begitu akan tercipta multiplier effect ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat dan bisnis,” kata Adrian dalam keterangannya, Kamis (10/7/2025).
Pihak pengembang menyatakan akan mendayagunakan potensi ekonomi lokal, menyerap tenaga kerja dari sekitar kawasan, serta membangun infrastruktur terintegrasi sebagai bagian dari model pariwisata mandiri.
Adrian memperkirakan, proyek ini akan menciptakan sekitar 1.000 lapangan kerja langsung selama masa konstruksi dan 2.000 pekerjaan operasional saat kawasan mulai beroperasi. Selain itu, ia menyebut terdapat potensi 3.000 hingga 4.000 pekerjaan tambahan dari sektor-sektor pendukung.
Dari sisi keberlanjutan, Marina Bay City disebut akan mengadopsi prinsip ramah lingkungan, mendukung pelestarian budaya lokal, dan memasukkan elemen impact investment, termasuk program peningkatan keterampilan bagi masyarakat setempat.
Total nilai investasi proyek diperkirakan mencapai Rp 32,5 triliun. Namun hingga saat ini, belum disampaikan detail tahapan pembangunan maupun skema pengelolaan dampak lingkungan dan sosial dari proyek tersebut.
“Prinsip kami adalah mewujudkan pariwisata yang mengedepankan people, planet, dan prosperity sebagai prasyarat utama bisnis wisata kelas dunia,” kata Adrian.