Sabtu 21 Jun 2025 07:26 WIB

AESI: Lahan Bekas Tambang Bisa Dorong PLTS Skala Besar

Potensi energi surya di bekas tambang batu bara dinilai encapai 59,45 gigawatt

Rep: Lintar Satria/ Red: A.Syalaby Ichsan
Para petugas membersihkan panel surya di area pembangkitan listrik fotovoltaik berkapasitas 500.000 kilowatt di Ordos, Daerah Otonomi Mongolia Dalam, China, Selasa (30/5/2023). Selain sebagai salah satu sentra tambang batu bara, Inner Mongolia juga daerah penghasil listrik tenaga surya terbesar kedua di China.
Foto:

Sebelumnya dilaporkan lembaga riset Global Energy Monitor (GEM) menempatkan Indonesia sebagai negara kedua dunia dalam potensi pengembangan energi surya di lahan bekas tambang batu bara. Dalam laporannya "Bright Side of the Mine: Solar’s Opportunity to Reclaim Coal’s Footprint", GEM memperkirakan potensi energi surya di bekas tambang batu bara di Indonesia mencapai 59,45 gigawatt.

Namun, menurut GEM, hingga saat ini Indonesia baru merencanakan pembangunan PLTS sebesar 600 megawatt (MW) di area tersebut, sekitar sekitar 1 persen dari total potensinya. Laporan tersebut mencatat ada 446 tambang batu bara di seluruh dunia, seluas 5.820 kilometer persegi yang dapat dikonversi menjadi PLTS dan menghasilkan hampir 300 gigawatt energi surya atau setara 15 persen dari kapasitas global saat ini.

“Warisan batu bara tertulis di tanah, tetapi warisan itu tidak harus menentukan masa depan, transisi tambang batu bara ke surya sedang berlangsung, dan potensi ini siap dimanfaatkan oleh negara produsen batu bara utama seperti Australia, Amerika Serikat, Indonesia, dan India,"  kata Manajer Proyek Energy Transition Tracker GEM Cheng Cheng Wu, dalam pernyataannya, Rabu (20/6/2025) lalu.

Di Indonesia, GEM mengidentifikasi 1.190 kilometer persegi lahan tambang batu bara dari 26 lokasi yang diperkirakan akan berhenti beroperasi pada 2030. Dua wilayah dengan potensi terbesar adalah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, yang memiliki sejumlah tambang mendekati akhir masa eksploitasi.

Meskipun potensi energi terbarukan dari lahan tambang sangat besar, pemanfaatannya masih jauh dari optimal. GEM mencontohkan rencana PT Bukit Asam Tbk, membangun PLTS di tiga lokasi bekas tambang: 200 MW di Sumatera Barat, 200 MW di Sumatera Selatan, dan 30 MW di Kalimantan Timur.

Namun sejak diumumkan pada 2021 dan dikonfirmasi kembali pada 2023, belum terlihat kemajuan signifikan dalam pelaksanaan proyek tersebut. GEM mengatakan transformasi lahan bekas tambang menjadi PLTS dapat menjadi peluang strategis untuk mendongkrak kapasitas energi bersih sekaligus memulihkan lingkungan.

Selain minim konflik lahan, area ini umumnya dekat dengan infrastruktur listrik dan tersedia tenaga kerja lokal dengan keahlian teknis yang relevan. Namun laporan GEM menekankan perlunya dukungan kebijakan dari pemerintah untuk mewujudkan potensi ini. 

Dibutuhkan kerangka kebijakan yang memberi prioritas pada pengembangan PLTS di lahan tambang, strategi investasi yang menggabungkan reklamasi dan energi terbarukan, serta partisipasi aktif masyarakat lokal dalam proses perencanaan dan pembangunan. 

Jika dimaksimalkan, konversi lahan tambang menjadi PLTS bisa menjadi pendorong utama bagi Indonesia untuk mencapai target netral karbon pada 2060.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement