Dampaknya terhadap kesehatan semakin parah di perkotaan, dimana panas diserap oleh permukaan jalan dan bangunan yang beraspal, sehingga menjadikan wilayah perkotaan jauh lebih panas dibandingkan lingkungan sekitarnya.
Para ilmuwan mengatakan mereka menggunakan metode tinjauan sejawat (peer-reviewed) untuk menghasilkan perkiraan jumlah kematian dengan cepat, karena sebagian besar kematian terkait panas tidak dilaporkan secara resmi dan beberapa pemerintah tidak merilis data ini. Jumlah korban tewas yang lebih pasti akibat gelombang panas baru-baru ini mungkin memerlukan waktu berminggu-minggu untuk diketahui.
“Peningkatan suhu gelombang panas hanya dua atau empat derajat dapat menyebabkan perbedaan antara hidup dan mati bagi ribuan orang,” kata Garyfallos Konstantinoudis, dosen di Imperial College London.
"Inilah sebabnya gelombang panas dikenal sebagai pembunuh diam-diam. Kebanyakan kematian terkait panas terjadi di rumah-rumah dan rumah sakit di luar pandangan publik dan jarang dilaporkan," katanya kepada wartawan.

Sementara itu, Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa mengatakan dalam buletin bulanan pada hari Rabu bahwa bulan lalu adalah bulan Juni terpanas ketiga yang pernah tercatat di planet ini, di belakang bulan yang sama pada tahun 2024 dan 2023.
Eropa Barat mengalami rekor terpanas pada bulan Juni, dengan sebagian besar wilayah tersebut mengalami “tekanan panas yang sangat parah” selama gelombang panas pertama musim panas – yang ditandai dengan kondisi yang terasa seperti suhu 38 derajat celcius atau lebih, kata Copernicus.
“Di dunia yang memanas, gelombang panas kemungkinan akan menjadi lebih sering, lebih intens, dan berdampak pada lebih banyak orang di seluruh Eropa,” kata Samantha Burgess, pemimpin strategis iklim Copernicus.
Para peneliti dari lembaga kesehatan Eropa melaporkan pada tahun 2023 bahwa sebanyak 61.000 orang mungkin telah meninggal akibat gelombang panas terik di Eropa pada tahun sebelumnya, menurut penelitian baru, yang menunjukkan bahwa upaya kesiapsiagaan panas di negara-negara tersebut gagal total.
Menumpuknya emisi gas rumah kaca di atmosfer – yang sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil – menyebabkan suhu rata-rata bumi meningkat seiring berjalannya waktu. Peningkatan suhu dasar ini berarti bahwa ketika gelombang panas datang, suhu dapat melonjak ke puncak yang lebih tinggi.
Copernicus mengatakan sebagian besar wilayah selatan Eropa mengalami apa yang disebut “malam tropis” selama gelombang panas, ketika suhu di malam hari tidak turun cukup rendah untuk memungkinkan tubuh pulih.