ESGNOW.ID, JAKARTA -- PT Bank OCBC NISP Tbk mencatatkan penyaluran pembiayaan berkelanjutan sebesar Rp 37,85 triliun hingga akhir 2024. Jumlah itu tumbuh 17 persen secara tahunan dan mencerminkan komitmen OCBC dalam mendukung target Net Zero 2050 melalui penerapan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST) di seluruh lini bisnis.
Sebanyak 42 persen dari pembiayaan tersebut disalurkan melalui skema green financing dan sustainability-linked loan (SLL). Skema ini memungkinkan pembiayaan ke berbagai sektor selama debitur memiliki indikator kinerja keberlanjutan (KPI) yang ambisius dan relevan.
“Bagi kami, keberlanjutan bukan hanya tanggung jawab moral, tapi merupakan fondasi penting dalam membangun ketahanan bisnis jangka panjang. Dari efisiensi operasional gedung hingga skema pembiayaan, semua dirancang untuk mendorong transformasi menuju praktik yang lebih bertanggung jawab,” kata Heriyanto, Direktur OCBC, di Jakarta, Jumat (25/7/2025).
OCBC menyalurkan SLL ke berbagai sektor industri, termasuk sawit, kehutanan, manufaktur kimia, dan properti. Beberapa pembiayaan juga menyasar dampak sosial melalui KPI yang disesuaikan. Di luar itu, OCBC turut menyalurkan pembiayaan hijau untuk energi terbarukan, pengelolaan limbah, serta bangunan hijau, termasuk produk green mortgage.
OCBC menjadi bank pertama di Indonesia yang menerbitkan green and gender bond dengan fasilitas maksimum sebesar Rp 2,75 triliun. Skema ini dirancang untuk memperluas akses pembiayaan ke sektor berkelanjutan dan mendorong kesetaraan inklusif dalam dunia usaha.
Selain sisi pembiayaan, OCBC juga memperkuat implementasi keberlanjutan dari sisi operasional. Gedung OCBC Space di BSD menjadi salah satu kantor pertama yang meraih sertifikasi bangunan hijau level dua dari IFC EDGE: Advanced (Zero Carbon Ready). Pencapaian ini didukung sistem efisiensi energi dan pengelolaan air.
OCBC juga menjadi bank pertama di Indonesia yang membeli Renewable Energy Certificate (REC) dari PLN serta mengimbangi emisi tak terhindarkan melalui Bursa Karbon Indonesia. Langkah ini memperkuat komitmen bank dalam transisi energi bersih dan pengelolaan karbon yang bertanggung jawab.
Di luar pembiayaan dan operasional, OCBC juga menggelar inisiatif ekonomi sirkular yang menjangkau sektor UMKM dan industri kreatif. Lewat kolaborasi dengan desainer Adrie Basuki, OCBC mengubah seragam batik bekas menjadi produk fesyen sirkular yang dijual melalui program Gerobak CSR.
“Circular fashion adalah contoh bagaimana pendekatan kreatif bisa membawa dampak nyata dan inklusif. Kolaborasi ini menjadi cara kami menghubungkan komunitas kreatif, termasuk UMKM, dan isu lingkungan ke dalam satu gerakan yang inspiratif dan berkelanjutan. Selain menciptakan dampak sosial, kami juga memperluas makna sustainability ke dalam gaya hidup,” ujar Aleta Hanafi, Brand & Communication Division Head OCBC.
Produk hasil daur ulang seperti tas, notebook, vest, hingga aksesori dijual, dan hasil penjualannya didedikasikan untuk program penanaman 21.000 bibit mangrove di sejumlah wilayah pesisir Indonesia, termasuk Bangka Belitung dan Sulawesi Selatan. OCBC juga menjadi bank pertama di Indonesia yang meluncurkan seragam batik dari bahan 90 persen poliester daur ulang dari limbah botol plastik PET.
“Sebagai bagian dari komitmen pengelolaan limbah yang bertanggung jawab, OCBC menjadi bank pertama di Indonesia yang meluncurkan seragam batik baru yang dibuat dari bahan 90 persen poliester daur ulang. Material ini berasal dari limbah botol plastik PET yang diolah kembali menjadi serat tekstil, kemudian dikembangkan menjadi batik bercorak modern yang merepresentasikan semangat keberlanjutan,” ujar Aleta.