ESGNOW.ID, CILACAP -- Sampah plastik masih menjadi permasalahan pelik di berbagai wilayah Indonesia hingga menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Bahkan Indonesia tercatat sebagai negara kelima penyumbang sampah terbesar di dunia. Dari 18 juta ton sampah pada 2022, hanya 77,21 persen sampah yang terkelola dan masih terdapat 22,79 persen sampah yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau bahkan berserakan di lingkungan.
Pemerintah telah menetapkan target pengelolaan sampah yang ingin dicapai adalah 100 persen sampah terkelola dengan baik dan benar pada 2025, yaitu Indonesia Bersih Sampah. Untuk menyukseskan capaian ini, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci penting yang terus harus didorong dan diupayakan guna menyukseskan upaya dalam mengurangi permasalahan sampai.
Sebagai produsen, Unilever Indonesia percaya plastik memiliki tempat tersendiri di dalam rantai ekonomi, tetapi tidak di lingkungan. Oleh karena itu, sejalan dengan strategi The Unilever Compass. Unilever mengambil tindakan nyata menciptakan ekosistem lingkungan yang lestari termasuk salah satunya berperan dalam membantu pengelolaan sampah berkelanjutan yang mengedepankan prinsip ekonomi sirkular.
“Komitmen ini dituangkan melalui berbagai upaya, dari hulu ke hilir perjalanan kemasan plastik, mulai dari melahirkan inovasi bertanggung jawab serta upaya pengumpulan dan pemrosesan sampah plastik,” kata Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation, Maya Tamimi, dalam kunjungan media ke TPST RDF Kabupaten Cilacap, Rabu (27/9/2023).
Di tahap pengumpulan, Unilever Indonesia telah berhasil mengumpulkan dan memproses 62.630 ton sampah pada tahun 2022. Capain ini berasal dari pengumpulan sampah anorganik dari Bank Sampah binaan Unilever Indonesia sebesar 28.633 ton.
Kemudian dari pemrosesan di fasilitas Refuse Derived Fuel (RDF) di TSPT RDF Kabupaten Cilacap dan DKI Jakarta mencapai 33.727 ton sampah plastik. Maya pun menegaskan bahwa di tahun 2023, Unilever akan terus meningkatkan pengumpulan dan pemrosesan plastik.
“Yang pasti akan ditingkatkan, adapun untuk angka pastinya masih dibahas,” tegas Maya.
Di Cilacap sendiri, fasilitas RDF yang diresmikan pertengahan 2020 lalu, sampai Februari 2023 telah mengolah kurang lebih 120 ribu ton sampah perkotaan dan menghasilkan kurang lebih 59 ribu ton RDF untuk bahan bakar alternatif.
“Kami di sektor swasta membantu meningkatkan kapasitas pengumpulan dan pengelolaan sampah di dua fasilitas RDF sebagai pemrosesan sampah menjadi energi terbarukan,” kata dia.
Ke depannya, jelas Maya, Unilever Indonesia juga akan terus berupaya membangun kesadaran seluruh pihak akan konsep solusi pengelolaan sampah kemasan yang terintegrasi, meningkatkan kapasitas di bidang pengumpulan dan pengelolaan sampah, serta aktif mengedukasi dan melibatkan publik untuk berperan aktif menjadi agen perubahan positif bagi lingkungan.