ESGNOW.ID, JAKARTA -- Di era modern, perpaduan antara AI dan pembangunan berkelanjutan menjadi mercusuar harapan, yang siap untuk mendefinisikan kembali respons kolektif terhadap tantangan global yang mendesak. Dengan meningkatnya masalah lingkungan, seruan untuk mempercepat jalan menuju pembangunan berkelanjutan menjadi semakin mendesak.
Pada saat yang sangat penting ini, AI tidak hanya dianggap sebagai keajaiban teknologi, tetapi juga sebagai kekuatan yang dapat memicu transformasi positif. Potensi AI terletak pada kemampuannya untuk memanfaatkan data, mengoptimalkan proses, dan memicu inovasi, sehingga mendorongnya untuk menjadi landasan yang sangat diperlukan dalam upaya kita bersama untuk mencapai kemajuan global.
Seperti dilansir World Economic Forum, Senin (20/11/2023), berikut empat cara AI dalam membantu meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan.
1. Inovasi untuk solusi berkelanjutan
Menurut Utusan Khusus Presiden AS untuk Iklim, John Kerry, 50 persen dari pengurangan karbon yang dibutuhkan untuk mencapai Net Zero akan berasal dari teknologi. Selain pengurangan karbon, peran penting inovasi, terutama dalam perusahaan rintisan tahap awal, sangat penting untuk mencapai 17 tujuan pembangunan berkelanjutan.
Perusahaan yang merilis inovasi berkelanjutan berbasis AI, misalnya, Stream Ocean. Perusahaan teknologi berkelanjutan itu berupaya mengatasi SDG yang dananya paling minim yaitu kehidupan di bawah air. Stream Ocean menggunakan AI dan machine learning untuk pemantauan keanekaragaman hayati laut secara real-time melalui kamera video bawah air. Teknologi ini membantu proyek restorasi terumbu karang dengan menyediakan analisis data laut yang canggih, termasuk metrik keanekaragaman hayati, secara real-time.
Selain itu, ada juga Pano AI. Perusahaan teknologi asal AS ini menggunakan AI untuk mendeteksi, memverifikasi, dan mengklasifikasikan peristiwa kebakaran hutan secara real time, Pano AI berkontribusi terhadap ketahanan global terhadap peningkatan frekuensi dan intensitas bencana terkait iklim yang disebabkan oleh kebakaran hutan.
Lalu NatureDots, berhasil memanfaatkan AI untuk pemantauan akuakultur secara jarak jauh dan real-time. NatureDots bertujuan untuk merevolusi rantai makanan berbasis akuakultur dengan memastikan kesehatan perikanan.
2. Finansial berkelanjutan: menavigasi risiko iklim dengan AI
Selama 50 tahun terakhir, bencana terkait cuaca telah melonjak, dengan tahun 2023 menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat. Di tengah tantangan keuangan global, investor mencari cara untuk menilai eksposur risiko iklim dalam portofolio mereka. Perangkat yang didukung oleh AI menjadi instrumen yang sangat berharga untuk menganalisis kumpulan data yang sangat besar, termasuk data iklim dan keuangan, untuk mengidentifikasi risiko iklim dan peluang investasi.
Lembaga keuangan yang memimpin dalam hal ini, misalnya BlackRock. Perusahaan manajemen aset terbesar di dunia ini, mengintegrasikan algoritma AI untuk mengukur dan melacak jejak karbon dari investasi, serta menggunakan alat AI Aladdin Climate untuk mengukur risiko dan peluang iklim dalam hal keuangan.
Sementara itu, Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADP) meluncurkan Dana Kecerdasan Buatan dan Digitalisasi, yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan energi di negara-negara berkembang serta memerangi perubahan iklim melalui peningkatan adopsi energi bersih.