ESGNOW.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 526 kejadian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) sejak 1 Januari hingga 5 September 2023. Angka ini meningkat 108 persen dibandingkan tahun 2022.
Meskipun peristiwa karhutla memengaruhi kehidupan masyarakat dan ekonomi, dampak kebakaran hutan terhadap lingkungan juga signifikan. Dilansir dari Earth, Senin (15/1/2024), berikut beberapa dampak kebakaran hutan terhadap lingkungan
1. Sumber daya air tercemar
Hutan memiliki fungsi untuk menjaga ketersediaan air resapan bagi hewan dan manusia. Saat hujan turun ke Bumi, sebagian akan mengalir ke sungai dan laut, sementara sebagian lainnya akan diserap oleh akar pepohonan yang ada di hutan. Karena itulah, setiap terjadi kebakaran hutan, daerah aliran sungai menjadi lebih rentan terhadap limpasan air hujan dan erosi.
Setelah kebakaran hutan, kemampuan tanah untuk menyerap air akan berkurang secara signifikan, dimana ini menjadi hal yang mengkhawatirkan jika terjadi banjir pascakebakaran. Daerah aliran sungai dapat mempertahankan tingkat nitrogen dan karbon dioksida terlarut yang lebih tinggi selama 15 tahun setelah kebakaran hutan, sehingga mengurangi kualitas air minum di masyarakat sekitar.
Selain itu, peningkatan nitrogen dan fosfor dari vegetasi yang terbakar menyebabkan pertumbuhan ganggang yang berbahaya. Memakan kerang yang terkontaminasi ganggang beracun dapat menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian, sementara orang lain dapat mengalami muntah-muntah parah, kejang, atau diare.
2. Vegetasi
Hilangnya vegetasi dapat mengubah ekosistem secara signifikan dengan meningkatkan erosi, mengurangi ketersediaan nutrisi di tanah, dan menimbulkan risiko tinggi untuk penyakit dan serangan hama. Pada gilirannya, hal ini dapat memperlambat pertumbuhan kembali atau mempengaruhi apa yang tumbuh di area yang terkena dampak kebakaran. Selain itu, vegetasi yang dulunya berfungsi sebagai habitat dapat mengancam kelangsungan hidup satwa liar.
Vegetasi hutan dapat menyerap 7,6 miliar metrik ton karbon dioksida setiap tahunnya, sehingga sangat penting untuk melindungi salah satu penyerap karbon terbesar di dunia ini dari kerusakan lebih lanjut.
Upaya pembersihan vegetasi terutama difokuskan pada area yang kecil kemungkinannya untuk pulih dari kebakaran hutan. Rehabilitasi biasanya membutuhkan waktu satu tahun, namun bisa lebih lama, terutama di daerah yang sering mengalami kebakaran hutan.