Jumat 26 Jul 2024 13:56 WIB

Meski Kemarau, Daerah-Daerah Ini Berpotensi Diguyur Hujan Deras

Terdapat peningkatan potensi hujan dalam sepekan ke depan.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Sejumlah warga melintasi genangan air untuk mengungsi ke tempat yang lebih tinggi di Desa Hutadaa, Kecamatan Telaga jaya, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Rabu (10/7/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin
Sejumlah warga melintasi genangan air untuk mengungsi ke tempat yang lebih tinggi di Desa Hutadaa, Kecamatan Telaga jaya, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Rabu (10/7/2024).

ESGNOW.ID,  JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan sejumlah wilayah berpotensi diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang hingga awal Agustus mendatang. Hujan deras tetap perlu waspadai meskipun secara umum Indonesia tengah berada di puncak musim kemarau.

"Dalam sepekan ke depan, terdapat peningkatan potensi hujan di sejumlah wilayah Indonesia, khususnya wilayah tengah hingga timur, mulai dari Aceh, Sumatra Utara, Riau, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Maluku Utara, NTT, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Papua Pegunungan, Papua Barat Daya, Papua Selatan," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG di Jakarta, Guswanto, dalam pernyataan BMKG, Kamis (25/7/2024).

Baca Juga

Guswanto mengatakan kondisi ini dipengaruhi Gelombang Ekuator Rossby yang diprakirakan aktif di wilayah tersebut. Aktivitas gelombang ini mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah-wilayah itu. Selain itu, faktor pemanasan skala lokal memberikan pengaruh cukup signifikan dalam proses pengangkatan massa udara dari pemukaan bumi ke atmosfer.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menerangkan, berdasarkan pemantauan yang dilakukan BMKG, diketahui dalam skala global, nilai IOD, SOI, dan Nino 3.4 tidak signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia. Madden-Julian Oscillation (MJO) berada pada fase netral tidak berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

Sedangkan sirkulasi siklonik terpantau di Samudera pasifik sebelah utara Papua. Sirkulasi Siklonik ini membentuk daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di sekitar Samudera pasifik sebelah utara Papua. Daerah konvergensi lainnya terpantau di Perairan barat Sumatra Utara dan Sulawesi bagian tengah. Daerah konfluensi terpantau di wilayah Laut Cina Selatan dan Samudera Pasifik sebelah utara Papua.

Andri mengatakan kecepatan angin mengalami peningkatan hingga lebih dari 25 knot di Laut Andaman, Samudera Hindia barat daya Banten, dan Laut Arafuru, yang mampu meningkatkan tinggi gelombang di wilayah sekitar perairan tersebut. Labilitas Lokal Kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, NTT, Papua Pegunungan, Papua Tengah dan Papua Selatan.

"Secara umum, kombinasi fenomena-fenomena cuaca tersebut diperkirakan menimbulkan potensi cuaca signifikan dalam periode 26 Juli-1 Agustus 2024. Angin kencang juga berpotensi terjadi di wilayah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Selatan, Papua Tengah, dan Papua Barat," katanya.

Andri mengatakan, meski sejumlah wilayah diprediksi diguyur hujan selama sepekan ke depan, namun karena saat ini Indonesia tengah berada di puncak musim kemarau, maka BMKG tetap mewanti-wanti pemerintah daerah dan masyarakat soal kemungkinan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Utamanya di wilayah langganan karhutla yaitu di Pulau Sumatra dan Kalimantan yang memiliki banyak kawasan gambut.

"Kepada masyarakat, kami imbau untuk menggunakan air dengan bijaksana dan hemat . Selain itu, hindari membuka lahan dengan membakar, terutama pada daerah hutan yang bertanah gambut karena mudah terbakar dan sulit dimatikan," tambah Andri. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement