ESGNOW.ID, JAKARTA -- Pelibatan masyarakat, termasuk kelompok rentan, perlu menjadi aspek utama dalam pelaksanaan transisi berkeadilan. Untuk memobilisasi dukungan dan partisipasi masyarakat, maka perlu diiringi dengan pembangunan pemahaman yang tepat mengenai transisi berkeadilan.
Berbagai metode peningkatan kesadaran masyarakat tentang transisi energi dapat dilakukan, mulai dari pengembangan cerita yang inspiratif, hingga melakukan aksi-aksi kecil penurunan emisi secara kolektif. Direktur Ketenagalistrikan, Telekomunikasi dan Informatika, Kementerian PPN/Bappenas Taufiq Hidayat Putra mengatakan, komunikasi politik sangat penting dalam rencana pembangunan jangka panjang. Pendekatan inklusif dan partisipatif perlu diperkuat untuk memastikan kebijakan transisi energi dipahami seluruh lapisan masyarakat.
“Rekomendasi yang tercetus pada diskusi ISEW 2024 akan menjadi masukan untuk rencana yang lebih holistik dan integratif, khususnya pada penyusunan RPJMN 2025-2029 terkait Peningkatan Konektivitas dan Transisi Energi Listrik. Terutama untuk mencapai sistem energi ketenagalistrikan yang berkelanjutan. Dengan mempertimpangkan potensi sumber daya daerah yang sejalan dengan pembangunan kewilayahan dan pembangunan nasional,” kata Taufiq di Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) 2024, di Jakarta, Jumat (13/9/2024).
Manajer Proyek Clean, Affordable and Secure Energy (CASE) for Southeast Asia, Institute for Essential Services Reform (IESR) Agus Tampubolon mengatakan cerita inspiratif di topik aksi iklim dan transisi energi mempunyai kekuatan untuk menyatukan tujuan dan memotivasi tindakan bersama dalam membentuk masa depan yang berkelanjutan.
“Setiap orang adalah penjaga bumi. Saya yakin bahwa masing-masing individu mempunyai cerita yang menginspirasi, serta dapat mengambil tindakan yang membawa perubahan yang positif bagi planet kita ini. Cerita-cerita inilah yang perlu digaungkan untuk menciptakan suara kolektif yang kuat untuk membangun dunia yang berkelanjutan dan adil,” kata Agus.
Agus menjelaskan, aksi-aksi kecil yang dilakukan secara bersama-sama, seperti menanam pohon, bersepeda ke sekolah, dan mematikan lampu saat tidak digunakan dapat berkontribusi secara signifikan bagi penurunan emisi. Menurutnya, hal terpenting adalah setiap orang mengambil tanggung jawab untuk membebaskan bumi dari cengkraman emisi yang telah meningkatkan suhu global sehingga menyebabkan krisis iklim.
Pendiri dan Direktur Eksekutif Buibu Baca Buku Puty Puar mengatakan, kalangan ibu-ibu jarang terlibat dalam agenda transisi energi sehingga suara mereka untuk isu ini pun terendap dan kurang terdengar. Padahal, menurutnya, kalangan ibu-ibu merupakan kelompok yang paling terdampak perubahan iklim dan perubahan kebijakan di sektor energi.
“Padahal dalam situasi sehari-hari, misalnya ada pemadaman listrik, yang paling merasakan adalah kalangan ibu-ibu karena membuat pekerjaan rumahnya terhambat. Atau, jika polusi di Jakarta semakin membahayakan, maka kelompok yang paling banyak mengantre di rumah sakit, adalah kalangan ibu-ibu. Ibaratnya, ibu-ibu kena getahnya duluan, padahal suaranya belum tentu dipertimbangkan,” kata Puty.
Kepala Desa Tampir Wetan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah Wahyu Hantoro mengatakan untuk mendorong pelibatan semua kelompok, penting membangun komunikasi dan diskusi dengan masyarakat.
“Di desa kami, kami mempunyai potensi air yang besar, tapi ironisnya dua pertiga lahan pertanian kami mengalami kekeringan. Kami membangun pompa air bertenaga surya. Awalnya, warga ragu terhadap penggunaan sistem energi surya yang berbeda dari yang dipasok oleh pemerintah. Namun, komunikasi dan diskusi yang rutin akhirnya mengubah persepsi warga yang awalnya pesimis menjadi mendukung pemanfaatan pompa air bertenaga surya. Lahan pertanian juga dapat diolah tanpa memandang musim. Awalnya yang pakai pompa air ini hanya 25 pelanggan, sekarang malah meningkat menjadi 176 pelanggan,” kata Wahyu.
ISEW menjadi bagian penting dalam 30 tahun kerjasama sektor energi antara Indonesia dan Jerman, yang menyediakan dukungan teknis dan finansial untuk proyek energi terbarukan. ISEW 2024 diselenggarakan Kementerian Perencanaan dan Pembangunan/Bappenas, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) di bawah kerangka Kerja Sama Indonesia-Jerman, GIZ Indonesia/ASEAN, serta Institute for Essential Services Reform (IESR).