Senin 02 Dec 2024 11:46 WIB

Perundingan Perjanjian Polusi Plastik Global Berakhir Tanpa Kesepakatan

Para negosiator sepakat untuk bertemu lagi tahun depan.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Parade monster plastik di Jakarta dalam rangka kegiatan Aksi Muda Jaga Iklim 2024.
Foto: Aksi Muda Jaga Iklim
Parade monster plastik di Jakarta dalam rangka kegiatan Aksi Muda Jaga Iklim 2024.

ESGNOW.ID,  BUSAN -- Perundingan perjanjian internasional untuk mengakhiri polusi plastik berakhir tanpa kesepakatan. Pertemuan yang digelar di Busan, Korea Selatan (Korsel) ini seharusnya menjadi putaran kelima dan terakhir negosiasi untuk menghasilkan Instrumen Hukum yang Mengikat (ILBI) tentang Plastik atau Global Plastics Treaty.

Namun setelah sepekan bernegosiasi, para negosiator sepakat untuk bertemu lagi tahun depan. Tetapi mereka belum memiliki rencana yang pasti.

Baca Juga

Pertemuan di Busan merupakan sesi negosiasi perjanjian plastik terbesar sejauh ini dengan lebih dari 3.300 peserta termasuk delegasi dari lebih dari 170 negara dan perwakilan dari hampir 450 organisasi.

“Kita telah menguji ketahanan planet kita hingga batasnya, Sekarang saatnya bagi kita untuk mendorong batas kemampuan kita dan menghormati kepercayaan yang diberikan kepada kita,” kata Sekretaris Eksekutif Komite Negosiasi Antar-Pemerintah dalam Polusi Plastik, Jyoti Mathur-Filipp, saat pertemuan ditutup, Ahad (1/12/2024).

Semakin banyak negara mengatakan ingin mengatasi plastik di Bumi. Masalah yang paling kontroversial dalam perundingan adalah apakah akan ada batasan pada jumlah plastik yang diizinkan untuk diproduksi oleh perusahaan.

Banyak yang berpikir negosiator akan menyetujui perjanjian pada pertemuan berikutnya. Direktur Eksekutif Program Lingkungan PBB, Inger Andersen, mengatakan ia belum mendengar satu pun delegasi yang mengatakan mereka tidak ingin perjanjian ini.

"Kami mungkin menutup sesi ini hari ini, tetapi dunia akan tetap mengawasi besok, dan polusi plastik akan tetap tiba di pantai kita, sehingga pekerjaan kami akan terus berlanjut," kata Andersen.

Usulan Panama untuk mengatasi produksi plastik, dengan cepat mendapatkan dukungan lebih dari 100 negara. Usulan ini merupakan kompromi untuk membangun konsensus karena tidak menyertakan target numerik atau batas produksi.

Sebagian besar perundingan di Busan berlangsung tertutup, meninggalkan sedikit kesempatan bagi pengamat untuk membantu membentuk perjanjian.

Forum Masyarakat Adat Internasional tentang Plastik mengatakan mereka sangat kecewa dengan bagaimana proses tersebut berlangsung dan mengecam draf perjanjian global yang mengecualikan suara masyarakat adat dan gagal untuk menegakkan hak-hak mereka.

Sekretaris Lingkungan dan Perubahan Iklim Fiji, Sivendra Michael mengatakan para negosiator tidak boleh ragu. Mereka dapat mengembangkan perjanjian yang menjadi warisan yang langgeng, menunjukkan ketahanan dan komitmen mereka terhadap planet dan generasi mendatang.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement