Sabtu 08 Mar 2025 17:00 WIB

Strategi Konservasi Tingkatkan Ketahanan Terumbu Karang di Raja Ampat

Ketahanan karang terhadap kenaikan suhu laut dapat ditingkatkan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Pegiat konservasi mengamati kondisi terumbu karang di perairan Friwen, Raja Ampat, Papua Barat Daya, Jumat (7/6/2024).
Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Pegiat konservasi mengamati kondisi terumbu karang di perairan Friwen, Raja Ampat, Papua Barat Daya, Jumat (7/6/2024).

ESGNOW.ID,  SORONG -- Integrasi ketahanan iklim ke sistem zonasi kawasan konservasi perairan (KKP) di Raja Ampat menjadi fokus utama dalam upaya perlindungan dan pelestarian terumbu karang serta biota lautnya. Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bersama mitra-mitranya melakukan analisis mendalam terhadap data karang, ikan karang, hidrodinamika laut, serta ancaman yang dihadapi terumbu karang untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi kunci yang tahan terhadap perubahan iklim.

Penelitian yang dilakukan di perairan Raja Ampat, khususnya di Misool Selatan dan Misool Utara, menunjukkan hasil yang menjanjikan. Pada November 2024, profesor biologi laut dari Stanford University Stephen Palumbi melatih para pemangku kepentingan di kawasan KKP Raja Ampat mengenai uji termal untuk menilai ketahanan terumbu karang terhadap kenaikan suhu laut. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan strategi konservasi demi melindungi keanekaragaman hayati laut di tengah tantangan perubahan iklim.

Hasil penelitian terbaru yang berlangsung dari November 2024 hingga Januari 2025 di Misool Selatan menjadi sorotan utama. Eksperimen uji termal dilakukan di Stasiun Kalig, Salabafunuatsa, dan Pulau Yuf, melibatkan delapan spesies karang, termasuk Acropora hyacinthus dan Pocillopora verrucosa.

"Setiap spesies diuji dengan 16 fragmen karang dewasa yang sehat, yang diambil dari perairan dangkal dengan kedalaman antara 1 hingga 5 meter. Kami menggunakan dua media air laut, yaitu media kontrol dan media yang dipanaskan, dengan suhu yang diuji berkisar antara 34 derajat Celsius hingga 37 derajat Celsius," kata Manajer Senior Perlindungan Laut YKAN Yusuf Fajariyanto seperti dikutip dari siaran pers YKAN, dikutip pada Sabtu  (8/3/2025).

Hasil penelitian menunjukkan spesies Porites lobata dan Porites cylindrica memiliki ketahanan suhu yang lebih baik dibandingkan spesies lainnya. Selain itu, beberapa jenis karang di Stasiun Kalig menunjukkan ketahanan suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan yang ada di Salabafunuatsa. Acropora hyacinthus, Acropora formosa, dan Pocillopora verrucosa menunjukkan ketahanan yang lebih baik di Salabafunuatsa, sementara Acropora humilis, Seriatopora hystrix, dan Stylophora pistillata lebih tahan di Stasiun Kalig.

"Penelitian ini akan berlanjut sepanjang 2025 dengan eksperimen di lokasi-lokasi berbeda. Data yang diperoleh diharapkan dapat menjadi dasar untuk merumuskan strategi konservasi terumbu karang yang lebih tangguh dan dapat diterapkan di wilayah perairan lain di Indonesia," tambah Yusuf.

Pernyataan ini didukung peneliti pemutihan karang (bleaching) dari Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat BRIN, Rita Rachmawati. Ia menekankan rehabilitasi ekosistem terumbu karang dengan menggunakan karang yang lebih tahan terhadap kenaikan suhu laut dapat meningkatkan keberhasilan perbaikan ekosistem terumbu karang yang rusak dalam jangka panjang.

"Ketahanan karang terhadap kenaikan suhu laut dapat ditingkatkan melalui 'latihan' tertentu untuk karang yang sebelumnya rentan terhadap pemutihan. Ini bisa menjadi agenda eksperimen berikutnya untuk meningkatkan tingkat keberhasilan rehabilitasi ekosistem terumbu karang," kata Rita.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement