Dalam konteks sosial, Haruni menyebutkan program pengelolaan hutan juga berupaya mengatasi masalah sosial seperti konflik dan ketegangan yang mungkin muncul di masyarakat. Program ini diharapkan dapat menjadi penengah sekaligus mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan.
Dari sisi ekonomi, Haruni menyoroti pentingnya transisi menuju ekonomi hijau. Salah satu instrumen yang sedang dikembangkan adalah perdagangan karbon, yang memungkinkan masyarakat dan pelaku usaha mendapatkan nilai tambah dari upaya menjaga dan memulihkan hutan.
Haruni menegaskan nilai ekonomi karbon tidak hanya sebagai insentif finansial, tetapi juga sebagai pembelajaran yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan.
Haruni juga menyinggung peran komunitas penanam pohon seperti Tree Grower Community di tingkat tapak yang dapat berkontribusi dalam meningkatkan serapan karbon hutan. Keterlibatan komunitas ini menjadi bagian penting dalam strategi pengelolaan hutan lestari yang berkelanjutan.
Secara keseluruhan, Haruni Krisnawati menegaskan keberhasilan program pengelolaan hutan dan mitigasi perubahan iklim sangat bergantung pada sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya.
Dengan mengedepankan tiga strategi utama tersebut, diharapkan Indonesia dapat mencapai target pengurangan emisi dan meningkatkan ketahanan iklim secara efektif, sekaligus mendorong pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.