Senin 23 Jun 2025 10:59 WIB

Tren Kendaraan Listrik Meningkat, Indonesia Punya Peran Strategis Global

Hilirisasi nikel dinilai jadi pendorong utama ekosistem baterai kendaraan listrik.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Ahmad Fikri Noor
Seorang model berdiri di dekat mobil listrik di salah satu stan pada ajang Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2025 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Selasa (29/4/2025).
Foto: Republika/Prayogi
Seorang model berdiri di dekat mobil listrik di salah satu stan pada ajang Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2025 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Selasa (29/4/2025).

ESGNOW.ID,  JAKARTA — Indonesia dipandang sebagai salah satu motor penggerak pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dunia. Negara ini diyakini memegang peran kunci dalam pengembangan ekosistem industri global berkat kepemilikan cadangan nikel terbesar kedua di dunia. Nikel merupakan komponen vital dalam produksi baterai EV.

Chief Executive Officer Formula E, Jeff Dodds, mengungkapkan bahwa dunia kini tengah mengalami perubahan besar dalam adopsi kendaraan listrik. Dalam satu dekade terakhir, penjualan EV secara global melonjak drastis, dari sekitar 300 ribu unit pada 2014 menjadi 15 hingga 20 juta unit per tahun.

Baca Juga

Tren serupa terjadi di Indonesia. Penjualan kendaraan listrik meningkat signifikan, diiringi dengan penguatan kebijakan pemerintah, pengembangan infrastruktur, dan meningkatnya kesadaran publik terhadap pentingnya transisi menuju energi bersih. Menurut Dodds, dengan cadangan dan produksi nikel yang besar, Indonesia tidak hanya menjadi pasar potensial, tetapi juga berposisi strategis sebagai pemain utama dalam rantai pasok industri kendaraan listrik global.

“Indonesia menempati posisi yang sangat penting dalam peta global EV. Bukan hanya sebagai konsumen, tetapi juga sebagai katalis bagi rantai pasok industri kendaraan listrik,” kata Dodds, dikutip Senin (23/6/2025).

Merujuk data United States Geological Survey (USGS) dan Badan Geologi Kementerian ESDM, Indonesia tercatat memiliki sumber daya bijih nikel sebesar 18,55 miliar ton dengan cadangan mencapai 5,33 miliar ton—terbesar kedua di dunia. Sebagai penguatan peran strategis ini, pemerintah telah menerapkan kebijakan pelarangan ekspor bahan mentah nikel dan menjalankan program hilirisasi.

Langkah tersebut mendorong penciptaan nilai tambah signifikan dari bijih nikel menjadi produk bahan baku mineral seperti feronikel dan Nickel Pig Iron (NPI), yang menjadi fondasi penting dalam produksi baterai EV. Sejumlah perusahaan tambang nasional seperti PT Aneka Tambang Tbk dan PT Vale Indonesia Tbk—anggota Grup MIND ID—berperan aktif dalam agenda hilirisasi tersebut.

Sebagai holding industri pertambangan nasional, MIND ID memiliki peran sentral dalam mendukung hilirisasi mineral strategis seperti bauksit, tembaga, nikel, emas, timah, hingga batu bara untuk memperkuat industri baterai EV nasional. Melalui integrasi dari hulu ke hilir, seluruh anggota grup, termasuk Antam dan Vale, didorong untuk memperluas kapasitas dan diversifikasi produk hilir demi memperkuat ekosistem industri kendaraan listrik di Tanah Air.

Dodds juga menyoroti tingginya kesadaran masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, terhadap pentingnya penggunaan kendaraan listrik. Ia optimistis tren ini akan terus menguat, sejalan dengan ambisi pemerintah Indonesia yang menargetkan pengurangan emisi sebesar 30 persen pada 2030.

“Kita telah berada di tengah revolusi energi yang nyata. EV bukan lagi teknologi masa depan, ia adalah realitas hari ini,” ujar Dodds.

Menurutnya, tren kendaraan listrik bukan sekadar inovasi teknologi, tetapi merupakan momentum global yang menyatukan industri, pemerintah, dan masyarakat. Tujuannya adalah menciptakan sistem transportasi yang lebih hijau, cepat, dan berkelanjutan.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement