Kamis 10 Jul 2025 22:51 WIB

Hotel Meruorah Gunakan SWRO, LPEI Dorong Akses Air Tawar Berkelanjutan

Fasilitas SWRO di Hotel Meruorah mampu memproduksi hingga 200 ton air tawar per hari.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Suasana Hotel Meruorah Labuan Bajo ketika menjadi main venue dalam perhelatan Asean Ministerial Meeting on Transnational Crime (AMMTC) ke 17.
Foto: Dok. Hotel Meruorah
Suasana Hotel Meruorah Labuan Bajo ketika menjadi main venue dalam perhelatan Asean Ministerial Meeting on Transnational Crime (AMMTC) ke 17.

ESGNOW.ID,  LABUAN BAJO — Teknologi pengolahan air laut menjadi air tawar atau seawater reverse osmosis (SWRO) menjadi solusi berkelanjutan bagi kawasan pariwisata super prioritas Labuan Bajo. Hotel Meruorah, yang didanai melalui skema Penugasan Khusus Ekspor (PKE) LPEI, memanfaatkan teknologi tersebut untuk mencukupi kebutuhan air bersih secara mandiri sekaligus mendukung ekosistem wisata maritim.

“Air laut dijadikan air tawar. Inilah bisnis yang sustain karena setiap hari, setiap insan butuh air tawar,” kata Direktur Utama PT Indonesia Ferry Properti, Ferry Snyders dalam acara Media Briefing di Labuan Bajo, Kamis (10/7/2025).

Baca Juga

Fasilitas SWRO di Hotel Meruorah mampu memproduksi hingga 200 ton air tawar per hari. Kebutuhan hotel hanya sekitar 75 ton, sementara sisanya dijual ke kapal-kapal wisata yang berlabuh di pelabuhan.

Langkah ini menunjukkan bagaimana infrastruktur air bersih dapat dikelola secara mandiri, efisien, dan tetap menguntungkan, sekaligus menjawab tantangan air bersih di wilayah pesisir timur Indonesia.

Pembangunan fasilitas SWRO menjadi bagian dari proyek pengembangan kawasan Marina Labuan Bajo senilai lebih dari Rp1 triliun, dibiayai melalui skema sindikasi antara pemerintah dan perbankan. LPEI mengalokasikan Rp500 miliar dari Program PKE untuk pembiayaan hotel Meruorah, area komersial, marina, serta sarana penunjang lainnya.

“Kawasan Marina Labuan Bajo memiliki potensi dampak pembangunan yang sangat tinggi, terutama melalui kontribusinya dalam peningkatan devisa dari wisatawan mancanegara serta multiplier effect terhadap industri terkait,” ujar Plt. Direktur Pelaksana Pengembangan Bisnis LPEI, Maqin U. Norhadi.

Selain mendorong devisa dan pertumbuhan ekonomi lokal, teknologi SWRO juga menjadi bagian dari komitmen terhadap praktik pembangunan berkelanjutan berbasis prinsip ESG. Hotel Meruorah kini menjadi contoh integrasi antara investasi ekspor, teknologi ramah lingkungan, dan penguatan pariwisata nasional yang berdaya saing.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement