ESGNOW.ID, JAKARTA -- Sektor minyak dan gas, penghasil terbesar emisi gas rumah kaca, akan membutuhkan perbaikan yang cepat dan substansial agar dunia dapat terhindar dari kejadian-kejadian cuaca ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim akibat aktivitas manusia. Demikian menurut laporan terbaru dari International Energy Agency (IEA).
Menurut laporan tersebut, investasi di sektor minyak dan gas yang saat ini mencapai 800 miliar dolar AS, harus dipangkas setengahnya. Selain itu, emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak, harus turun hingga 60 persen untuk memberi dunia kesempatan berjuang memenuhi target iklimnya.
Laporan IEA ini muncul tepat menjelang konferensi iklim PBB atau COP28, yang akan dimulai pekan depan. Perusahaan-perusahaan minyak dan gas, dan orang-orang yang ada di balik industri minyak juga akan hadir dalam COP28, dimana itu akan menuai kritik dari para pencinta lingkungan dan pakar iklim. Namun di sisi lain, banyak yang berpendapat bahwa sektor ini perlu hadir untuk mendiskusikan bagaimana melakukan transisi ke energi yang lebih bersih.
"Industri minyak dan gas menghadapi momen kebenaran di COP28 di Dubai. Para produsen minyak dan gas harus membuat keputusan-keputusan penting mengenai posisi mereka di masa depan dalam sektor energi global,” kata direktur eksekutif IEA, Fatih Birol, seperti dilansir Phys, Jumat (24/11/2023).
Konferensi iklim tahun lalu di Mesir dihadiri oleh 400 orang yang terkait dengan industri bahan bakar fosil, menurut sebuah analisis dari The Associated Press. Pertemuan yang akan datang juga mendapat kecaman karena menunjuk chief Abu Dhabi National Oil Company sebagai presiden COP28.
Sektor energi bertanggung jawab atas lebih dari dua pertiga emisi gas rumah kaca yang berhubungan dengan aktivitas manusia, dan minyak dan gas bertanggung jawab atas sekitar setengahnya, menurut IEA. Perusahaan minyak dan gas juga bertanggung jawab atas lebih dari 60 persen emisi metana-gas yang memerangkap panas sekitar 87 kali lebih banyak daripada karbon dioksida dalam jangka waktu 20 tahun.
Perusahaan minyak dan gas dapat menemukan pendapatan alternatif dari ekonomi energi bersih, termasuk bahan bakar berbasis hidrogen dan hidrogen serta teknologi penangkap karbon, kata laporan tersebut. Baik hidrogen bersih yang dihasilkan dari listrik terbarukan, maupun penangkapan karbon yang menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer, saat ini belum teruji dalam skala besar.
Laporan ini melihat janji-janji iklim yang dibuat oleh berbagai negara serta skenario di mana dunia telah mencapai emisi Net Zero pada tahun 2050. Laporan ini menemukan bahwa jika negara-negara memenuhi semua janji iklim, permintaan minyak dan gas akan menjadi 45 persen lebih rendah dari tingkat saat ini pada tahun 2050. Jika dunia mencapai Net Zero pada saat itu, permintaan akan turun 75 persen.
Awal tahun ini, laporan IEA lainnya menemukan bahwa permintaan minyak, gas, dan batu bara dunia kemungkinan akan mencapai puncaknya pada akhir dekade ini. Vibhuti Garg, seorang analis energi yang berbasis di New Delhi dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis, mengatakan bahwa kebutuhan akan minyak dan gas pasti akan menurun.
"Ada alternatif-alternatif yang lebih murah dan lebih bersih, jadi negara-negara akan mulai menggunakan opsi-opsi tersebut dan mengurangi ketergantungan mereka pada bahan bakar yang mahal ini," ujar dia.