Dapatkah kita menemukan cara untuk menanam lebih banyak untuk menutupi kerugian?
Memperluas lahan pertanian atau meningkatkan penggunaan pupuk berbasis bahan bakar fosil dan mengembangkan varietas tanaman baru, telah lama menjadi cara yang diterima untuk menanam lebih banyak makanan. Namun, perluasan lahan pertanian sering kali mengorbankan hutan dan ekosistem alami lainnya yang sangat penting untuk dilestarikan karena vegetasi mereka menyerap dan menyimpan emisi karbon dioksida yang memanaskan iklim, sehingga dapat membantu mengurangi perubahan iklim.
Sebagai contoh, hampir 20 persen dari hutan hujan Amazon yang luas kini telah hilang, sebagian besar karena pertanian kedelai dan peternakan. Para ilmuwan khawatir bahwa deforestasi tambahan dari waktu ke waktu dapat mengubah hutan menjadi sabana kering, membahayakan curah hujan untuk pertanian di seluruh Amerika Selatan, dan menyabotase tujuan perlindungan iklim dan keanekaragaman hayati dunia.
Upaya untuk mengintensifkan jumlah makanan yang ditanam di lahan tertentu telah menunjukkan beberapa keberhasilan, tetapi seringkali membutuhkan pupuk berbasis bahan bakar fosil yang mahal dalam jumlah besar. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, metode pertanian yang lebih ramah lingkungan mulai mendapatkan pengikut baru, dari Amerika Serikat hingga India.
Para analis pangan juga mengatakan bahwa cara terbaik untuk meningkatkan pasokan global bukanlah dengan menanam lebih banyak, melainkan dengan mengurangi jumlah makanan yang terbuang setiap tahunnya. Meskipun dunia memproduksi cukup makanan untuk semua orang, sekitar sepertiganya hilang atau terbuang di sepanjang rantai pasokan dari ladang hingga ke meja makan, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang mengatakan bahwa rata-rata orang membuang 74 kilogram makanan setiap tahun.