Selasa 20 Feb 2024 15:17 WIB

8 Negara di Asia Ini Mulai Jajaki Proyek Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan

Penggunaan bahan bakar penerbangan berkelanjutan bisa tekan emisi hingga 80 persen.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Sektor penerbangan global menghasilkan sekitar 2,5 hingga 3 persen emisi karbon.
Foto:

6. Jepang

Eneos Holdings Inc (5020.T) telah setuju untuk mempelajari produksi hingga 500 juta liter (3,1 juta barel) SAF dan diesel terbarukan per tahun bersama dengan perusahaan penyulingan Australia, Ampol (ALD.AX).

Maskapai penerbangan terkemuka Jepang, All Nippon Airways (ANA) (9202.T), dan Japan Airlines (JAL) (9201.T), telah memperluas pembelian SAF mereka dengan menambahkan pasokan dari perusahaan perdagangan Itochu Corp (8001.T) dan produsen Amerika Serikat, Raven SR.

Perusahaan lain yang menjajaki produksi SAF di Jepang termasuk Mitsubishi Corp (8058.T), Boeing (BA.N), dan TotalEnergies SE (TTEF.PA). SAF akan menggantikan 10 persen atau 1,34 juta kiloliter bahan bakar yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan penerbangan Jepang pada tahun 2030, menurut Japan Transport and Tourism Research Institute (JTTRI).

 

7. Filipina

Cebu Pacific (CEB.PS), menerbangkan pesawat dari Singapura ke Manila dengan bahan bakar campuran 35 persen SAF dari Neste pada bulan September 2022.

Maskapai ini menandatangani kemitraan strategis jangka panjang dengan Shell Eastern Petroleum untuk menyediakan SAF secara lebih luas bagi armadanya melalui pasokan dan pembelian SAF di Asia Pasifik dan Timur Tengah, dengan volume awal setidaknya 25 kiloton per tahun.

 

8. Australia

Qantas Group (QAN.AX) meluncurkan Koalisi Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (Koalisi SAF) bekerja sama dengan Australia Post, KPMG Australia, Macquarie Group, cabang lokal Boston Consulting Group dan Woodside Energy pada 11 November 2022.

Qantas dan Airbus SE (AIR.PA) akan bersama-sama menginvestasikan 1,34 juta dolar AS untuk kilang bahan bakar nabati yang akan dibangun di negara bagian Queensland, Australia, yang akan mengubah produk sampingan pertanian menjadi SAF. Kilang ini diharapkan dapat memproduksi hingga 100 juta liter SAF per tahun, dengan konstruksi yang akan dimulai tahun depan.

Ini adalah investasi pertama dari dana 200 juta dolar AS yang disiapkan Qantas dan Airbus pada bulan Juni lalu untuk memulai industri SAF di Australia. Maskapai ini mengharapkan sekitar 10 persen bahan bakarnya berasal dari SAF pada tahun 2030, dan 60 persen pada tahun 2050.

November lalu, anggota Koalisi Pemimpin Iklim Ampol (ALD.AX), Brisbane Airport, Deloitte, Qantas dan Viva Energy (VEA.AX), mengusulkan pembentukan koridor SAF di Pantai Timur dalam Scope 3 Roadmap.

Dewan Jet Zero-style pertama di Australia, yang mencontoh kemitraan pemerintah-industri untuk produksi SAF di Inggris, diperkirakan bakal mengadakan pertemuan perdananya pada tahun anggaran ini yang berakhir pada Juni 2023. Dewan tersebut akan melengkapi Buku Putih Penerbangan, yang diharapkan akan selesai pada awal tahun 2024.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement