ESGNOW.ID, JAKARTA -- Berton-ton makanan yang tidak terjual di bazar Ramadhan di Malaysia telah menimbulkan kekhawatiran akan pemborosan makanan di negara tersebut.
Bazar-bazar yang populer di kalangan penduduk lokal, ramai dikunjungi selama bulan suci Ramadhan. Para pedagang biasanya menjual berbagai hidangan yang lezat setiap harinya untuk berbuka puasa. Namun, di tengah-tengah suasana yang meriah ini, terdapat tantangan tersembunyi yaitu limbah makanan.
Jika tidak ada aksi nyata untuk mengurangi pemborosan, Malaysia akan membuang sekitar 75 ribu ton makanan selama Ramadhan atau sekitar 15-20 persen lebih banyak dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Demikian menurut kajian Solid Waste Management and Public Cleansing Corporation tahun lalu.
Limbah makanan itu bisa mencemari lingkungan, dan juga menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan pangan. Berbagai organisasi telah mengambil langkah untuk mengatasi masalah limbah makanan Ramadhan.
Relawan dari program MySaveFood, misalnya, mengumpulkan kelebihan makanan dari lebih dari 130 bazaar di seluruh Malaysia. Mereka kemudian mendistribusikannya kepada masyarakat yang kurang mampu.
"Jika kita tidak mengumpulkan kelebihan makanan, makanan tersebut akan terbuang percuma dan berakhir di tempat pembuangan akhir. Program ini telah memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, yang tersentuh oleh donasi karena banyak dari mereka yang kesulitan untuk membeli makanan,” kata wakil direktur MySaveFood, Aniadila Kamaruddin, seperti dilansir Channel News Asia, Senin (8/4/2024).
Sejak MySaveFood diluncurkan pada tahun 2016, program ini telah mengalami kemajuan besar. Dalam tiga pekan pertama Ramadan tahun ini, MySaveFood telah berhasil menyelamatkan lebih dari 54 ton makanan, senilai sekitar 126 ribu dolar AS (sekitar Rp 2 miliar).
“Program yang kini memiliki lebih dari 2.000 relawan ini mendorong para pengunjung bazar untuk membuat perencanaan belanja, dan hanya membeli apa yang mereka butuhkan. Para pedagang juga dapat mengurangi sampah dengan menyesuaikan jumlah yang mereka jual dan mengawetkan makanan secara berkelanjutan,” kata Aniadila.
Beberapa organisasi juga mengerahkan staf dan sukarelawan mereka untuk mengunjungi bazar Ramadan, dan mengedukasi bagaimana dampak buruk dari membeli makanan secara berlebih dan membuang-buang makanan.
“Terlepas dari tantangan yang ada, upaya kolektif dari berbagai pemangku kepentingan membuat perbedaan dalam mengatasi masalah sampah makanan di negara ini,” kata para pengamat.
Mereka mencatat bahwa dengan mempromosikan budaya konsumsi yang bertanggung jawab dan praktik-praktik berkelanjutan, bazar Ramadan di Malaysia dapat menjadi simbol semangat masyarakat sekaligus mengurangi jejak lingkungan.