Komunitas Penjaga Laut juga melakukan penanaman sebanyak 150 bibit anakan mangrove di Desa Mamala, Maluku. “Sebanyak 150 anakan mangrove ini kami tanam tepatnya pada pesisir Hitilatu Mamala Maluku,” kata Suci.
Penjaga Laut berkolaborasi bersama Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan (DLHP) setempat serta masyarakat desa Mamala dan Morela untuk membangkitkan semangat dan kesadaran dalam menjaga dan merawat lingkungan. “Antusiasme juga ditunjukkan oleh sukarelawan yang lainnya dari kampus Universitas Pattimura, mahasiswa kampus merdeka dan Komunitas Jala Ina,” katanya.
Ia menjelaskan, hutan mangrove merupakan sekumpulan pepohonan yang tumbuh di area sekitar garis pantai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut serta berada pada tempat yang mengalami akumulasi bahan organik dan pelumpuran. Penanaman mangrove hari ini dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan anakan mangrove hingga menjadi hutan mangrove itu sendiri.
Oleh sebab itu kata dia, penanaman mangrove ini diharapkan bisa menciptakan kesadaran yang lebih besar di kalangan masyarakat mengenai pentingnya menjaga dan merawat lingkungan pesisir, utamanya bagi generasi muda.
“Sebagai anak muda, di masa depan kita yang akan kesulitan jika tidak menanam dari sekarang. Penanaman mangrove ini salah satu upaya agar wilayah pesisir tetap lestari dan mangrove bisa memberikan manfaat bagi masyarakat pesisir,” kata Suci.
Di tempat yang sama kelompok pemuda Pausela Mamala, Rifai Malawat, yang juga turut bergabung dalam kegiatan kolaborasi ini menyambut baik kegiatan penanaman mangrove di tanah mereka. Menurut Rifai di tengah gempuran krisis iklim seperti saat ini, penting gerakan anak muda turun langsung menjaga lingkungan. Apalagi abrasi pantai di Mamala semakin memprihatinkan.
“Semakin hari, abrasi semakin mengkhawatirkan. Menanam mangrove adalah upaya penyelamatan yang bisa kami lakukan saat ini. Semoga semakin banyak yang menanam mangrove di wilayah pesisir untuk kelangsungan hidup masyarakat kepulauan di masa depan,” katanya.
Apalagi hutan mangrove yang juga biasa dikenal dengan sebutan hutan bakau ini merupakan ekosistem yang bersifat khas karena adanya aktivitas daur penggenangan oleh pasang surut air laut. Pada habitat ini hanya pohon mangrove atau bakau yang mampu bertahan hidup dikarenakan proses evolusi serta adaptasi yang telah dilewati oleh tumbuhan mangrove.
“Hutan mangrove memiliki fungsi yang besar bagi lingkungan hidup kita sebagai tumbuhan yang mampu menahan arus air laut yang mengikis daratan pantai, mangrove juga memiliki fungsi sebagai penyerap gas karbondioksida (CO2) dan penghasil oksigen, juga sebagai tempat hidup berbagai macam biota laut seperti ikan-ikan kecil untuk berlindung dan mencari makan,” katanya.