ESGNOW.ID, BAKU -- Lebih dari 20 pemimpin dunia menghadiri Pertemuan Perubahan Iklim PBB ke-29 (COP29) di Baku, Azerbaijan. Mereka mendesak agar COP29 dapat menghasilkan kemajuan nyata terkait pendanaan iklim.
"Peristiwa bencana iklim di seluruh dunia telah mengakibatkan hilangnya banyak nyawa, harta benda, dan infrastruktur. Namun, kita tetap menanggapi kejadian ini seolah-olah itu hanya insiden yang tidak menguntungkan, terisolasi, dan nasional," kata Perdana Menteri Bahama Philip Davis, Rabu (13/11/2024).
Ia mengajak para pemimpin dunia di COP29 untuk melihat peristiwa-peristiwa iklim itu lintas batas. "Kebakaran yang melahap hutan Anda dan badai yang menghancurkan rumah kita bukanlah kemalangan yang jauh, tetapi tragedi bersama," katanya.
Sementara, Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis mengatakan Eropa dan dunia harus jujur mengenai perdagangan yang melibatkan transisi energi. Ia mengakui transisi energi berlangsung dalam jangka-panjang dan akan menurunkan biaya produksi energi tapi tidak berarti hanya memberikan dampak positif.
"Kita perlu mempertanyakan pertanyaan yang sulit mengenai jalan yang sangat cepat dengan mengorbankan daya saing kita, dan jalan agak lambat tetapi memungkinkan industri kita beradaptasi dan berkembang," katanya.
Mitsotakis mengatakan perdagangan transisi energi harus dilakukan dengan hati-hati. Ia menambahkan masyarakat dilanda bencana iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga negara-negara harus mempersiapkan sumber daya dengan tepat waktu untuk menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian.
"Dan untuk membantu masyarakat dan komunitas untuk melakukan pembangunan usai bencana, kita tidak bisa terlalu fokus pada tahun 2050 dan melupakan 2024," katanya.
Perdana Menteri Kepulauan Cook Mark Brown mengajak pemimpin dunia untuk berbagi kemanusiaan. Ia mendorong negosiator COP29 untuk menghasilkan kemajuan nyata di pertemuan ini.
Brown mengatakan seruan untuk menghasilkan kemajuan nyata dalam pendanaan iklim sudah disampaikan berkali-kali termasuk di pertemuan-pertemuan Perubahan Iklim sebelumnya. Namun, tambahnya, belum ada tindakan nyata.
"Demi mereka yang paling rentan, kita harus menetapkan jalan ke depan yang sejalan dengan realitas mendesak yang kita hadapi. Negara saya siap, sekali lagi, untuk memainkan perannya. Pertanyaannya tetap, apakah kita siap untuk bertindak tegas dan kolaboratif untuk generasi mendatang?" katanya.