Dengan metode pemodelan dan statistik serta pengamatan langsung, WWA dapat menunjukkan seberapa besar perubahan iklim mempengaruhi peristiwa cuaca ekstrem. Mereka menemukan kondisi kering dan panas yang memicu kebakaran Los Angeles terjadi satu kali setiap 17 tahun. Meningkat sekitar 35 persen dibanding bumi tidak mengalami pemanasan global.
"Kami sebenarnya melihat pemodelan ini menunjukkan hasil yang sama dengan pengamatan langsung, jadi ada indeks kombinasi, kami cukup percaya diri dengan hasilnya, kami sebenarnya memiliki sinyal yang dapat kami katakan kami pasti dapat mengaitkannya secara kuantitatif," kata kepala WWA Friederike Otto.
Para peneliti juga meneliti berbagai variabel penting lain yang dianggap dapat memicu kebakaran seperti panjangnya musim kebakaran. Dengan melakukan pengamatan langsung, para peneliti menemukan musim kebakaran bertambah 23 hari sejak bumi mulai mengalami pemanasan global, sekitar tahun 1850-an atau masa revolusi industri.
Tim peneliti mengatakan hal ini artinya menunjukkan kondisi kering dan panas serta angin kencang Santa Ana sangat berperan dalam penyebaran api. Faktor lainnya adalah kekeringan.
Peneliti mengatakan kekeringan di Los Angeles dari bulan Oktober sampai Desember sekara 2,4 kali lebih mungkin terjadi dibanding sebelum manusia menggunakan bahan bakar fosil. Peneliti menegaskan perubahan iklim meningkatkan kemungkinan terjadi kondisi panas dan kering yang dapat memicu kebakaran.
Namun, para penulis penelitian berhati-hati dalam menghubungkan antara kenaikan suhu dengan panjang musim kebakaran atau turunnya curah hujan. Mereka menulis pemodelan yang mereka lakukan tidak menunjukkan adanya hubungan signifikan. Namun, para peneliti menegaskan kenaikan suhu meningkatkan kemungkinan kebakaran hutan. Selama manusia masih menggunakan bahan bakar fosil maka kemungkinan ini akan terus meningkat.
"Secara keseluruhan makalah ini menemukan perubahan iklim membuat kebakaran hutan Los Angeles lebih mungkin terjadi meski adanya ketidakpastian statistik, hasil penelitian yang dilakukan dengan hati-hati ini harus ditanggapi dengan serius," kata profesor Gabi Hegerl dari University of Edinburgh yang tidak ikut dalam penelitian WWA.
Penelitian terbaru ini berdasarkan penelitian yang dipublikasikan saat kebakaran masih berkobar. Penelitian menghubungkan kebakaran dengan apa yang disebut climate whiplash, istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan cuaca ekstrem dan cepat dalam waktu singkat.
Gagasan utamanya adalah tahun-tahun yang sangat basah atau dengan curah hujan yang tinggi akan langsung disusul dengan tahun yang sangat kering yang meningkatkan kemungkinan kebakaran hutan. Kebakaran hutan di Los Angeles terjadi ketika dua musim dingin yang sangat basah diikuti musim semi yang sangat kering tahun ini. Musim dingin menumbuhkan rumput-rumput dan ilalang yang mudah terbakar, sehingga api menyebar lebih cepat dengan hembusan kencang angin Santa Ana.