Rabu 08 Nov 2023 14:09 WIB

Carbon Passport Berlaku 2040, Jejak Karbon Wisatawan akan Dibatasi

Perubahan iklim mendorong 'carbon passport' untuk segara diimplementasikan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Dunia akan mulai memberlakukan paspor karbon pada tahun 2040.
Foto:

Bukan hanya perjalanan udara yang dikritik. Sebuah investigasi yang dilakukan oleh Federasi Eropa untuk Transportasi dan Lingkungan pada tahun 2023 menemukan bahwa kapal pesiar memompa empat kali lebih banyak gas sulfur (yang terbukti menyebabkan hujan asam dan beberapa kondisi pernapasan) ke atmosfer dibandingkan dengan 291 juta mobil di Eropa jika digabungkan.

Statistik seperti ini telah memaksa destinasi-destinasi di Eropa untuk mengambil tindakan terhadap industri kapal pesiar. Pada bulan Juli, dewan kota Amsterdam melarang kapal pesiar berlabuh di pusat kota sebagai upaya untuk mengurangi pariwisata dan polusi - sebuah inisiatif yang telah menunjukkan keberhasilan di tempat lain.

Pada tahun 2019, Venesia merupakan pelabuhan Eropa yang paling tercemar, karena banyaknya kunjungan kapal pesiar. Namun, peringkatnya turun ke posisi 41 pada tahun 2022 setelah larangan kapal pesiar besar memasuki perairan kota mengurangi polutan udara dari kapal di Venesia hingga 80 persen.

Laporan Intrepid Travel juga menyoroti bahwa tidak hanya cara bepergian, namun juga tempat wisata akan segera terdampak oleh perubahan iklim. Suhu yang semakin panas mungkin akan mengurangi daya tarik destinasi pantai, sehingga mendorong wisatawan Eropa untuk mencari destinasi yang lebih sejuk seperti Belgia, Slovenia, dan Polandia untuk liburan musim panas.

Beberapa agen perjalanan melaporkan adanya peningkatan nyata dalam pemesanan liburan ke destinasi Eropa yang lebih sejuk seperti Skandinavia, Irlandia, dan Inggris selama bulan-bulan puncak perjalanan musim panas 2023.

Para ahli juga memprediksi masa depan yang penuh dengan distopia, jika semua orang tidak mengurangi emisi saat ini juga. “Apapun solusinya, perubahan pada kebiasaan perjalanan kita tidak dapat dihindari. Destinasi wisata di seluruh dunia, mulai dari Barcelona hingga sungai di Italia dan bahkan Gunung Everest sudah mulai membatasi jumlah turis karena mereka harus berjuang untuk mengatasi keramaian dan polusi. Wisatawan harus bersiap untuk mengubah kebiasaan liburan mereka sekarang, sebelum perubahan ini dipaksakan kepada mereka,” tegas Bennett-Cook.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement