Rabu 13 Nov 2024 16:24 WIB

PLN Kembangkan Skenario Transisi Energi yang Agresif

PLN mengembangkan infrastruktur untuk mendukung integrasi energi terbarukan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Teknisi memeriksa solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023).
Foto:

PLN juga mengembangkan sistem smart grid dari hulu ke hilir yang memungkinkan penetrasi energi terbarukan variabel (VRE) secara besar-besaran. “Kami menargetkan peningkatan kapasitas VRE dari 5 gigawatt menjadi 42 gigawatt hingga tahun 2040 dengan sistem grid yang cerdas,” tambahnya.

PLN menerapkan sejumlah inisiatif untuk mengurangi emisi dari pembangkit listrik yang masih menggunakan bahan bakar fosil. Salah satunya adalah co-firing biomassa yang telah diimplementasikan di 46 pembangkit listrik tenaga batu bara. Kamia menegaskan PLN akan terus melanjutkan upaya ini untuk mengurangi emisi secara signifikan.

Sebagai bagian dari transisi energi, PLN juga melakukan upaya efisiensi di pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dan mengganti penggunaan diesel dengan energi terbarukan. Menurut Kamia, upaya ini merupakan langkah penting untuk mendekarbonisasi portofolio pembangkit listrik PLN yang masih didominasi oleh bahan bakar fosil.

“Portofolio batu bara masih mencakup lebih dari 60 persen dari total produksi listrik kami. Jadi kami harus melakukan sesuatu untuk mendekarbonisasi pembangkit listrik ini," kata Kamia.  

Selain mengembangkan kapasitas energi terbarukan, PLN aktif berpartisipasi dalam pasar karbon domestik dan internasional. PLN berharap bisa menerbitkan lebih banyak kredit karbon dari lima proyek baru pada tahun ini dan menargetkan untuk menerbitkan sekitar 7 juta kredit karbon hingga 2028.

Di samping itu, PLN menerbitkan sertifikat energi terbarukan yang bertujuan untuk memanfaatkan atribut energi terbarukan di luar perdagangan karbon. Sertifikat ini diharapkan dapat mendorong minat pasar terhadap energi bersih dan meningkatkan pendapatan perusahaan dari sisi non-operasional.

Di tengah semangat mempercepat transisi energi, Kamia juga mengakui bahwa tantangan teknis, finansial, serta regulasi perlu mendapat perhatian. “Dukungan regulasi sangat penting untuk mencapai transisi yang adil, seperti yang disoroti oleh para pemangku kepentingan,” jelasnya.

Menurutnya, transisi energi yang adil harus mempertimbangkan kesiapan teknis serta keuangan dalam mengadopsi energi bersih. Di sisi lain, PLN berharap pemerintah terus memberikan dukungan kebijakan yang bisa memudahkan implementasi transisi energi di berbagai wilayah, terutama untuk proyek-proyek yang membutuhkan investasi besar seperti super grid dan smart grid.

Kehadiran Kamia di COP29 menegaskan peran aktif PLN dalam mendukung upaya global memerangi perubahan iklim. Dalam konferensi ini, PLN ingin menunjukkan bahwa transisi energi yang ambisius bukan hanya wacana, tetapi sudah direncanakan dan diimplementasikan dengan serius di berbagai proyek.

Melalui pengembangan skenario yang agresif dan inovasi dalam sistem kelistrikan, PLN bertekad untuk tidak hanya memenuhi kebutuhan energi nasional, tetapi juga berkontribusi dalam mencapai target pengurangan emisi karbon di tingkat global.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement