Ahad 06 Apr 2025 07:36 WIB

Riset Ungkap Gurun Sahara Pernah Menjadi Sabana Hijau yang Subur

Peneliti menganalisa genom pertama dari masyarakat di Sahara Hijau.

Rep: Lintar Satria/ Red: A.Syalaby Ichsan
Salju di gurun Sahara, Afrika, dalam foto yang dibagikan akun Instagram Karim Bouchetata.
Foto:

Krause mengatakan bukti arkeologis mengindikasi masyarakat ini merupakan pengembala yang mendomestikasi hewan. Artefak yang ditemukan di situs arkeologis antara lain perangkat yang terbuat dari batu, kayu dan tulang-tulang hewan, pot, keranjang anyaman, dan patung-patung ukiran.

Nenek moyang dua individu Takarkori yang diteliti berasal dari keturunan masyarakat Afrika Utara yang terpisah dari populasi sub-Sahara sekitar 50 ribu tahun yang lalu. Hampir bersamaan ketika nenek moyang manusia menyebar ke seluruh benua Afrika dan terus menyebar ke Timur Tengah, Eropa dan Asia yang menjadi nenek moyang seluruh manusia di luar Afrika.

"Garis keturunan masyarakat Takarkori tampaknya mewakili keragaman genetik yang mewakili Afrika Utara antara 50 ribu sampai 20 ribu tahun yang lalu," kata Krause.  

Ia mengatakan berdasarkan bukti genetik, sekitar 20.000 tahun yang lalu ada migrasi kelompok dari Mediterania Timur, diikuti migrasi dari Iberia dan Sisilia sekitar 8.000 tahun yang lalu.

"Namun, karena alasan yang masih belum diketahui, garis keturunan Takarkori bertahan dalam isolasi lebih lama dari yang diperkirakan. Karena Sahara baru layak huni sekitar 15.000 tahun yang lalu, tanah air asli mereka tetap tidak pasti," kata Krause.

Garis keturunan mereka tetap terisolasi sepanjang sebagian besar keberadaannya sebelum Sahara kembali menjadi tidak dapat dihuni. Pada akhir tahap iklim yang lebih hangat dan lebih basah yang disebut Periode Lembab Afrika, Sahara berubah menjadi gurun panas terbesar di dunia sekitar 3.000 SM.

Ketika Homo sapiens menyebar dari Afrika, mereka berinteraksi dan kawin silang dengan populasi Neanderthal yang sudah ada di Eurasia. Namun, orang-orang dari garis keturunan Takarkori hanya memiliki jejak DNA Neanderthal yang sangat sedikit, menunjukkan mereka tidak banyak berinteraksi dengan populasi luar.

Meskipun populasi Takarkori menghilang, jejak genetik mereka masih dapat ditemukan di berbagai kelompok di Afrika Utara saat ini. "Warisan genetik mereka menawarkan perspektif baru tentang sejarah mendalam wilayah ini," kata Krause.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement