ESGNOW.ID, PRETORIA -- Jerman menilai komitmen Cina pada pembatasan emisi dapat menentukan kemampuan dunia untuk mencapai target pembatasan kenaikan suhu 1,5 derajat di atas masa pra-industri. Hal ini karena Cina menghasilkan emisi gas rumah kaca dua kali lipat dibandingkan negara-negara lain.
Pekan lalu, Perwakilan Khusus Aksi Iklim Internasional pemerintah Jerman, Jennifer Morgan mengatakan Cina harus menunjukkan ambisinya dalam mengatasi masalah perubahan iklim, termasuk dalam hal inovasi sebagai salah satu pengguna energi terbarukan paling cepat di dunia.
Negara-negara di seluruh dunia termasuk Cina akan mengajukan target penanggulangan perubahan iklim atau Nationally Determined Contributions (NDC) ke PBB mulai dari sembilan sampai 12 bulan sebelum pertemuan perubahan iklim pada November 2025 di Brasil.
"Apa yang diputuskan Cina pada NDC ini mungkin yang paling terpenting untuk menjaga target 1,5 derajat tetap di depan mata," kata Morgan di Pretoria, Afrika Selatan seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (9/9/2024).
Ia mengatakan Jerman ingin Cina meningkatkan tindakan dan tanggung jawab iklimnya. Terlepas dari ekspansi energi terbarukan, target puncak emisi tahun 2030 dan target nol-emisi pada tahun 2060, Cina masih tertinggal dari negara-negara Eropa dan negara maju.
Eropa sudah mencapai puncak emisinya dan Jerman menargetkan nol-emisi pada tahun 2045. Cina konsumen batu bara terbesar di dunia. Morgan mengatakan ia tidak tahu apakah Cina akan memajukan target nol-emisinya.
Kementerian Luar Negeri Cina mengakui sudah mengetahui pernyataan Morgan, namun menolak memberikan komentar.
Morgan mendesak Cina sebagai penghasil emisi terbesar di dunia untuk menyalurkan lebih banyak dana iklim. Di pertemuan iklim internasional sebelumnya, Cina mempertahankan status negara berkembang dan karena itu tidak berkewajiban untuk memberikan pendanaan.
Cina mengatakan pendanaan untuk membantu negara-negara berkembang menggunakan pembangkit listrik bahan bakar ramah lingkungan dan menopang infrastruktur mereka dalam menghadapi perubahan iklim, harusnya berasal dari negara-negara industri lebih awal seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Posisi ini didukung negara-negara berkembang termasuk Afrika Selatan.
"Kami berkomitmen melanjutkan kepemimpinan kami dalam pendanaan iklim tapi kami membutuhkan lebih banyak dana ke lapangan, Cina memiliki posisi sebagai pemain global di panggung global dan dengan peran itu muncul juga tanggung jawab global, kata Morgan.
Pada tahun 2022, Jerman memenuhi targetnya untuk menyediakan 6,7 juta dolar AS untuk pendanaan iklim. "Tidak ada jalan lain untuk menjaga batas 1,5 derajat Celsius tanpa lebih banyak dana yang mengalir ke negara-negara berkembang," katanya.
Morgan mengatakan bila negara-negara berkembang tidak memiliki cukup banyak dana, dikhawatirkan mereka tidak dapat membangun energi bersih sehingga tetap harus mengandalkan bahan bakar fosil untuk menopang perekonomian mereka.