Selasa 17 Dec 2024 16:34 WIB

Kualitas Udara New Delhi Kembali Memburuk, Mobilitas Dibatasi Lagi

Bulan lalu, New Delhi mencatat polusi tertinggi.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Kondisi pencemaran udara di New Delhi, 1 November 2024.
Foto: REUTERS/Anushree Fadnavis
Kondisi pencemaran udara di New Delhi, 1 November 2024.

ESGNOW.ID,  NEW DELHI -- Pemerintah India meminta sekolah menerapkan kelas hibrida daring dan tatap muka untuk kelas-kelas tertentu. Pemerintah juga memerintahkan kantor-kantor pemerintah mengatur jam kerja dan menerapkan larangan kendaraan di New Delhi dan daerah sekitarnya.

Langkah ini diterapkan karena kualitas udara di wilayah utara India kembali memburuk. Dewan Pusat Pengendalian Polusi (CPCB) mengatakan kualitas udara New Delhi pada Senin (16/12/2024) sangat buruk.

Baca Juga

Skor indeks kualitas udara (AQI) ibu kota India itu dalam 24 jam terakhir berada di angka 379. Kualitas udara diperkirakan semakin memburuk pada Selasa (17/12/2024) ke tingkat "parah" dengan skor AQI mencapai 400. Artinya dapat mengancam kesehatan masyarakat dan berdampak serius pada penyakit-penyakit yang sudah ada.

Komisi Pengelola Kualitas Udara (CAQM) yang mengelola kualitas udara di New Delhi, mengatakan pembatasan terbaru diterapkan dengan pertimbangan kondisi meteorologi. Perintah ini, di antara langkah-langkah lainnya, mengarahkan sekolah-sekolah untuk menyelenggarakan kelas dalam mode hibrida atau daring dan tatap muka untuk para siswa hingga kelas 5.

Awal Desember lalu, India telah melonggarkan sejumlah batasan yang diterapkan untuk memperbaiki kualitas udara di utara negara itu. Pelonggaran dilakukan usai kualitas udara membaik, asap mulai bergerak dan AQI di New Delhi menjadi moderat dengan angka 165.

Setiap musim dingin India Utara berjuang melawan polusi udara yang intensif karena udara dingin dan suhu rendah menjebak polutan kendaraan, debu konstruksi, dan asap dari pembakaran lahan ilegal di negara bagian Punjab dan Haryana.

Bulan lalu, New Delhi mencatat polusi tertinggi selama musim ini ketika angka AQI melonjak hingga 494. Hal ini mendorong pemerintah untuk menutup sekolah-sekolah dan menyarankan kantor-kantor untuk mengizinkan 50 persen karyawannya bekerja dari rumah. 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement