ESGNOW.ID, JAKARTA — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia. Peringatan ini dikeluarkan menyusul meningkatnya curah hujan signifikan sejak awal Agustus 2025.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menyampaikan hujan dengan intensitas ekstrem telah melanda berbagai provinsi. Bengkulu tercatat 160,8 mm/hari pada 1 Agustus 2025, Maluku 203,5 mm/hari pada 3 Agustus, Sumatra Barat 176,5 mm/hari pada 8 Agustus, dan Jawa Barat 254,7 mm/hari pada 9 Agustus.
Hujan sangat lebat juga terjadi di Kalimantan Barat, Papua Tengah, Jakarta, Banten, Jambi, Kepulauan Riau, Papua Barat Daya, dan Sulawesi Tenggara. “Kondisi ini selaras dengan prakiraan BMKG tentang meningkatnya curah hujan di awal bulan,” kata Guswanto dalam keterangan pers, Senin (11/8/2025).
Menurutnya, peningkatan curah hujan dipicu kombinasi fenomena atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang atmosfer, pengaruh tidak langsung bibit siklon tropis 90S dan 96W, sirkulasi siklonik, serta perlambatan dan pertemuan angin di sekitar Indonesia.
Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menambahkan Indeks Dipole Mode yang saat ini bernilai negatif turut memicu aliran massa udara dari Samudra Hindia menuju Indonesia. “Gabungan faktor dinamika atmosfer tersebut mendorong pertumbuhan awan hujan masif yang berpotensi memicu hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang,” ujarnya.
BMKG memprakirakan pada 11–13 Agustus 2025, hujan sedang hingga lebat berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Pada 14–16 Agustus, intensitas hujan menurun, namun Bengkulu, Kalimantan Timur, dan Papua Pegunungan masih berisiko hujan lebat. Angin kencang berpotensi melanda Aceh, Banten, Jawa Barat, Bali, Maluku, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, dan Papua Selatan, yang dapat memicu gelombang laut tinggi.
Peningkatan curah hujan diperkirakan berdampak pada sektor pertanian di sebagian wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatra Selatan. “Petani diimbau untuk menghindari penanaman di lahan rendah yang rawan genangan dan memperkuat saluran irigasi dan drainase. Di sisi lain, sebagian wilayah NTB dan NTT yang relatif lebih kering cocok untuk pengeringan hasil panen,” kata Andri.
BMKG juga mengingatkan dampak pada aktivitas pariwisata, terutama di destinasi pegunungan dan air terjun yang rawan hujan lebat dan kabut tebal. Wisatawan di pantai selatan Jawa dan Bali diminta waspada gelombang tinggi dan angin kencang. “Aktivitas laut seperti snorkeling dan surfing sebaiknya ditunda,” ujar Andri.
Bagi pelaku perjalanan darat, risiko jalan licin dan longsor di wilayah pegunungan perlu diwaspadai. Nelayan dan operator kapal di Samudra Hindia Barat Sumatra, perairan selatan Jawa dan Bali, hingga selatan Lombok–Pulau Sumba diminta memantau peringatan BMKG.
“Turbulensi dan gangguan penerbangan akibat awan Cumulonimbus dan awan konvektif lain juga berpotensi terjadi di wilayah Sumatra, Banten, Jawa Barat, Selat Karimata, Laut Natuna, Kalimantan, Selat Makassar, dan Papua,” ujarnya.