Kamis 05 Jun 2025 02:45 WIB

Komitmen ESG Jadi Prioritas, Arsari Tambang Pacu Transisi Energi Bersih

Transisi energi bersih merupakan komitmen penting dalam tambang.

Red: Nashih Nashrullah
CEO Arsari Group, Aryo PS Djojohadikusumo
Foto: Dok Istimewa
CEO Arsari Group, Aryo PS Djojohadikusumo

ESGNOW.ID,  JAKARTA – PT Arsari Tambang terus memperkuat komitmennya terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) melalui langkah nyata menuju operasi pertambangan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

CEO Arsari Group, Aryo PS Djojohadikusumo, menegaskan bahwa perusahaan telah mencapai tonggak penting dalam transisi energi, khususnya dalam pemanfaatan energi terbarukan di lini produksinya.

Baca Juga

"Jika kita bicara net zero, tentu kita harus bicara soal penggunaan bahan bakar fosil. Dengan bangga saya sampaikan bahwa smelter Arsari Tambang kini disuplai 100 persen oleh listrik dari pembangkit energi terbarukan di Pulau Sumatra, seperti panas bumi dari Sarula dan pembangkit hidro di Aceh serta Sumatra Utara," ujar Aryo dalam Indonesia Critical Minerals Conference & Expo di Jakarta, Rabu (4/6/2025).

Dia menambahkan bahwa meskipun penggunaan energi terbarukan telah tercapai penuh di fasilitas smelter, tantangan masih tersisa—terutama pada konversi alat berat yang masih bergantung pada bahan bakar diesel.

Namun, Aryo optimistis target net zero secara menyeluruh dapat dicapai dalam 5 hingga 10 tahun ke depan. Saat ini, ia memperkirakan progres perusahaan menuju target tersebut telah mencapai 60–70 persen.

"Kalau dibilang 100 persen, apakah kita puas? Tidak. Kita tidak boleh puas," tegasnya.

Tak hanya berfokus pada pengurangan emisi karbon, Arsari Tambang juga mencetak pencapaian bersejarah dalam upaya rehabilitasi lingkungan.

Proyek rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) di Krakas, Bangka Tengah, mencatat tingkat keberhasilan tertinggi dalam sejarah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dengan tingkat kelangsungan hidup pohon mencapai 91 persen.

"Kami tidak hanya menanam pohon biasa. Kami memilih pohon-pohon produktif seperti jambu mete, cemara udang, dan kayu putih agar bisa memberi manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat sekitar," jelas Aryo.

Lebih dari itu, Arsari Tambang menjadi pelopor dalam upaya pemulihan ekosistem laut. Perusahaan ini tercatat sebagai produsen timah pertama di Indonesia yang secara aktif menanam terumbu karang sebagai bagian dari reklamasi tambang laut, khususnya di kawasan Belinyu, Bangka Induk.

Di sektor pasar dan industri, perusahaan juga menunjukkan perkembangan positif. Dengan kapasitas produksi timah solder hingga 2.000 ton per tahun, Arsari Tambang menargetkan omzet minimal Rp1 triliun.

Selain memenuhi permintaan ekspor ke Tiongkok, pasar domestik juga menunjukkan pertumbuhan signifikan—terutama dari perusahaan-perusahaan elektronik di Batam, seperti Schneider Electric dan Bolex.

"Yang membuat kami bangga, ternyata potensi pasar dalam negeri juga sangat besar. Bahkan, pabrik Apple tengah menyelesaikan fasilitas mereka di sebelah pabrik kami di Batam. Ini semakin memperkuat ekosistem industri nasional," ujar Aryo.

Aryo juga menegaskan bahwa kendali mayoritas perusahaan tetap berada di tangan anak bangsa. "Saya ingin menegaskan bahwa mitra-mitra kami dari Tiongkok dan negara lain hanya merupakan pemegang saham minoritas. Kepemilikan mayoritas tetap dipegang oleh putra-putri terbaik Indonesia," tutupnya.

Langkah-langkah progresif Arsari Tambang menandai babak baru dalam industri pertambangan nasional—yang tidak lagi semata mengejar keuntungan, tetapi juga menempatkan keberlanjutan dan tanggung jawab sosial sebagai prioritas utama.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement