ESGNOW.ID, JAKARTA — Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan curah hujan tinggi di Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) yang terjadi selama Juni-Juli bukan kejadian normal, mengingat terjadi pada periode yang biasanya merupakan musim kemarau.
Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Supari menjelaskan secara umum, wilayah Jabodetabek biasanya mulai memasuki musim kemarau pada April-Mei.
"Namun demikian, bukan berarti ini merupakan kejadian pertama kali. Hujan-hujan besar yang terjadi di bulan Juli sudah pernah terjadi sebelumnya," kata Supari pada Republika, Kamis (10/7/2025).
Supari mengatakan kolonial Belanda juga pernah mencatat curah hujan tinggi di Jakarta di bulan Juli. Contohnya, ujar dia, hujan bulanan pada Juli 1880 tercatat sebesar 210 mm, dan Juli 1895 tercatat sebesar 206 mm. "Ini menunjukkan kondisi hujan besar di bulan Juli bukan hanya terjadi sekarang saja," kata dia.
Supari mencatat berdasarkan buku normal iklim yang diterbitkan BMKG pada 2021, curah hujan normal di Jakarta untuk bulan Juli adalah sekitar 70 mm. Artinya, hujan bulanan sebesar 200 mm yang terjadi pada Juni dan Juli tahun ini tiga kali lipat dari normalnya.
Sementara itu, pos penakar hujan di Pasar Minggu mencatat curah hujan dua hari yakni pada 7 dan 8 Juli 2025 mencapai sebesar 196 mm. Hal ini, kata Supari, menunjukkan betapa tidak normalnya hujan yang terjadi pada Juli 2025 ini.